Lestarii

Minggu, 05 Juni 2022

MITIGASI KONFLIK MANUSIA VS SATWA LIAR (Pongo tapanuliensis)

 

Mitigasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), adalah tindakan mengurangi dampak bencana. Sedasngkan konflik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah percekcokan, perselisihan, dan pertentangan. Konflik berasal dari kata kerja latin ‘configere’ yang artinya saling memukul.

Satwa liar yang sering berkonflik diantaranya adalah Orangutan. Konflik terjadi sebagai bentuk akibat beberapa faktor, peralihan lahan hutan menjadi kebun dan pemukiman maupun eksploitasi berlebihan terhadap sumber pakan satwa liar di alam

 A. Orangutan Sumatera

Orangutan sumatera (Pongo tapanuliensis) adalah spesies orangutan terlangka. Orangutan sumatra hidup dan endemik di Sumatra, sebuah pulau yang terletak di Indonesia. Tubuh mereka lebih kecil daripada orangutan kalimantan. Orangutan sumatra memiliki tinggi sekitar 4,6 kaki dan berat 200 pon. Hewan betina berukuran lebih kecil, dengan tinggi 3 kaki dan berat 100 pon. Lanskap Batangtoru secara administratif meliputi tiga kabupaten, yaitu tapanuli utara, tengah, dan selatan. Hutan diperkirakan sekitar 140.535 ha,yang meliputi hutan lindung (51,5%), cagar alam (6,2%), hutan produksi (5,3%), kawasan pemanfaatan lainnya.

B. Penyebab Konflik Serta Perburuan Satwa Liar 

Perburuan Orangutan yang sulit dihentikan dan diburu untuk diperdagangkan secara ilegal dan dijadikan hewan peliharaan sehingga Populasi mereka terancam punah. Orangutan tapanuli diperkirakan tersisa 577-760 individu dan hanya ditemukan di lanskap batangtoru. 

1. Penggunaan Lahan 

Masyarakat Tapanuli seperti desa luat lombang dan rambassiasur memanfaatkan Lanskap Batangtoru sebagai lahan pertanian dan pemukiman sampai sebatas cagar alam. Fungsi hutan dataran rendah berubah menjadi kawasan pemukiman, pertanian, dan kebun masyarakat. Perusakan habitat terjadi secara masif hingga ketersediaan jelajah, sumber pakan, dan pohon bersarang di hutan dataran rendah terbatas. Fenomena ini menyebabkan Orangutan pindah ke habitat yang lebih aman untuk menghindari perburuan dan konflik. 

2. Kerusakan hutan oleh Manusia 

Pertumbuhan penduduk menyebabkan perluasan pembukaan lahan dan peningkatan penebangan hutan seperti rotan, lateks, dan buah-buahan menyebabkan kerusakan hutan sehingga orangutan akan lebih sulit untuk menemukan pohon sarang karena akan menghadapi konflik atau diburu oleh manusia

C. Kerugian Yang Diderita/Dialami Satwa  

Orangutan dianggap sebagai hama, dan karenanya diburu oleh manusia. Di beberapa desa di lanskap batangtoru, orangutan yang memasuki ladang masyarakat diusir dan dibunuh karena konflik dengan manusia. 

Manusia  

1.      Orangutan sering mengunjungi buffer zone sebagai lahan yang dikelola oleh masyarakat, terutama di desa-desa sekitar seperti Dolok Sibual-buali. Orangutan sering datang ke lahan masyarakat selama musim durian untuk mencari makan. Orangutan  juga merusak dan memakan tanaman, seperti durian (durio zibethinus murray), petai (parkia speciosa hassk), dan aren (arenga pinnata merr). 

2.      Terdapat beberapa Orangutan membuat sarang di pohon durian di Desa Aek Batang Paya sehingga mengganggu aktivitas penduduk. 

D. Mitigasi Yang Dilakukan Serta Strategi jangka panjang 

            Program yang dilakukan adalah restorasi habitat, pembuatan penghalang, perlindungan  tanaman, pembangunan koridor, penegakan hukum, dan pembangunan ekonomi desa. Di sisi lain, pengayaan pohon sarang dan pakan alami di hutan produksi yang berbatasan dengan hutan konservasi terus ditingkatkan oleh Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) di kabupaten Tapanuli Selatan. 

- Sedangkan Strategi jangka pendek 

Program yang dibutuhkan adalah pemberian kompensasi berupa hal yang dapat meningkatkan hasil dalam sistem agroforestri dengan jaminan dari masyarakat untuk menyerahkan tanamannya sebagai pohon makanan dan sarang Orangutan. 

Kompensasi yang diberikan kepada masyarakat dapat berupa: (i) bibit tanaman yang tidak dikonsumsi oleh orangutan, seperti kopi, kakao, dan salak, (ii) tanaman pupuk untuk meningkatkan produktivitas tanaman, (iii) mesin untuk membajak sawah dan lahan pertanian , (iv) pengetahuan dan penyuluhan untuk mengoptimalkan hasil panen, dan (v) pengembangan sumber ekonomi alternatif lainnya, seperti ekowisata desa dan perikanan. 


Demikianlah informasi mengenai mitigasi konflik manusia dan satwa liar, untuk informasi lainnya bisa anda temukan pada website blog Rimbapala Kehutanan USU.


Penulis: Marolop Febrianto Purba (Artok)

Editor: Putri Armenia Urelia (Mrende)


1 komentar:

Ekspedisi Sekret Rimbapala Boras Pati

Kegiatan ini bertujuan untuk menambah wawasan, menjalin tali persaudaraan se MAPALA- SU untuk Anggota Muda RIMBAPALA Kehutanan USU. 1. Gempa...