Prof. Dr. Hamka (1983) berkata “Bahwasanya memperhatikan keindahan alam itu, menambah harga diri”
Pecinta alam berasal dari dua suku kata “CINTA” dan “ALAM”.
Secara harfiah cinta berarti sebuah rasa yang timbul dari dalam kalbu yang
mendorong seseorang yang mempunyai rasa tersebut untuk melakukan sebuah
tindakan. Sedangkan alam berarti segala bagian yang terdapat di muka bumi baik
hidup maupun mati. Secara luas pecinta alam didefinisikan untuk seseorang yang
memiliki rasa dalam kalbu terhadap segala bagian dari bumi ini sehingga
mendorong seseorang tersebut untuk melakukan sesuatu.
Sekarang pertanyaannya adalah apakah seseorang yang pecinta
dan penyayang binatang adalah seseorang pecinta alam? atau seseorang penggemar
bunga itu juga seorang pecinta alam? Dalam skala kecil jawabanya adalah iya.
Mengapa karena mereka mempunyai rasa dari dalam kalbu terhadap apa yang
disukainya sehingga mendorong mereka melakukan tindakan. Tetapi dari sinilah
pengertian pecinta alam dan kehidupannya atau prinsip-prinsip dalam yang
berlaku pada masyarakat.
Mengapa kegiatan mencintai alam begitu identik dengan
bertualang mendaki gunung, merayap di tebing-tebing terjal ataupun menyusuri
lorong-lorong gua yang gelap hanya diterangi seberkas sinar? Alam yang garang
dan keras menjanjikan sebuah kehidupan yang dibungkus sebuah keindahan,
sehingga seribu bahaya seolah merupakan daya tarik tersendiri bagi sekelompok
orang. Itulah yang mendorong sebagian orang untuk mendaki gunung dengan tas
ransel di punggungnya, merayap di tebingan terjal atau menyusuri lorong gua
yang gelap. Adalah hal yang tak lazim dilakukan orang lain kebanyakan, maka
akan dilakukanya.
Seorang pecinta alam haruslah peka akan gejala alam, harus
tau akan ciri alam, karena kita hidup di tengah-tengah alam, karena kita adalah
bagian dari alam. Dari alamlah manusia akana menghadapi kesulitan atau
hambatan-hambatan baik yang kecil ataupun berisiko besar. Disadari atau tidak
manusia terdapat keinginan untuk mengalami kesukaran atau hambatan, apakah untuk
kepuasan egonya ataupun untuk menikmati penderitaan itu sendiri. Menurut Babulhairien
(2005) secara garis besar, pecinta alam
dibagi dalam dua bagian yaitu:
1. Pecinta
Alam Outdoor, yaitu pecinta alam yang bergelut dialam bebas dengan kapasitas
dan kemampuan masing-masing
2. Pecinta Alam Indoor, yaitu pecinta alam yang kapasitas dan kemampuannya hanya cukup untuk didalam ruangan dan tidak aktif dialam bebas, dengan hanya memproses hasil penelitian didalam ruangan.
Tidak semua orang dapat mencintai alam dengan bergerak aktif dialam bebas, tetapi ada sebagian yang mempunyai keinginan yang kuat untuk mencintai alam dan tidak bisa bergerak di alam bebas dengan segala keterbatasnnya. Alam ini begitu indah, sungguh sangat rugi untuk melewatkanya. Karena pada dasarnya Tuhan YME menciptakan alam dengan segala isinya untuk kebahagiaan umat manusia, agar umat manusia itu bersyukur kepadanya.
Sayid Mustafa Luthfi Al Manfaluhi dalam bukunya Majdulin, berkata tentang alam dan kebahagiaan: “Carilah kebahagiaan didalam rimba dan belukar, di bukit-bukit, dikebun dan kayu-kayu, di daun yang hijau dan bunga yang mekar, didanau dan sungai yang mengalir. Carilah bahagia pada sang surya, yang terbit pagi hari dan terbenam sore, pada awan yang sedang bergerak dan berkumpul, pada binatang yang sedang berkelap kelip, pada burung yang sedang hinggap dan terbang, dan yang tetap ditempatnya. Carilah kebahagiaan dikebun bunga dekat rumahmu, dibadarnya yang baru dibuat dibarisan tamannya yang baru diatur. Carilah di pinggir sungai sambil berenung, di puncak-puncak bukit yang didaki dengan payah, ke dalam lurah yang dituruni. Carilah ketika mendengar aliran air di tengah malam, pada bunyi anginan sepoi-sepoi basah, pada persentuhan daun kayu yang hendak lurut, pada bunyi jangkrik tengah malam, dan bunyi kata di tengah sawah. Dalam semua yang disebutkan tadi itu tersimpanlah bahagia yang sejati, yang indah, mulia, murni, sakti yang menyuruh paham menjalar, menyuruh perasaan menjalar ke dalam keindahan, menghidupankan hati yang telah mati, mendatangkan ketentraman yang sejati dalam lapangan hayat.”
Apakah seorang pecinta alam harus bergaya
urakan dengan jeans butut yang sobek di sana sini, baju kaos, memakai gelang
segala tali, rambut gondrong, atau kalau perlu kompor parafin digantungnya.
Sehingga begitu bangganya dia berjalan, orang lain berdecak kagum dan berkata
“Pasti Pecinta Alam.” Tetapi tunggu dulu, seseorang yang mencintai alam terlebih
dahulu harus mencintai dirinya sendiri, itu akan terlihat dari pola kehidupannya
sehari-hari. Salah satu cermin tindakan mencintai diri sendiri adalah dengan
berpenampilan rapi dan sedap dipandang mata. Pecinta alam tidak harus urakan
dan tidak rapi, KARENA PECINTA ALAM BUKANLAH SEBUAH STYLE ATAU GAYA. Pecinta alam
adalah seseorang yang mendedikasikan dirinya mencintai diri sendiri, sesama
makhluk hidup dan alam.
Berdasarkan hal di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa seorang pecinta alam adalah seorang peminat alam baik isinya
maupun sifat-sifatnya yang menyadari kedudukannya sebagai manusia dalam
populasi yang hidup dalam suatu ekosistem di tengah alam yang juga memiliki
tanggung jawab moral terhadap kelestarian alam sekitarnya.
Untuk mengikuti kegiatan pecinta alam perlu disadari dan dipahami dengan jelas akan tujuan bagi dirinya sendiri, apakah hanya untuk gagah-gagahan, bertualang, rekreasi ataupun penelitian. Dengan menyadari tujuan pecinta alam, mudah-mudahan kita akan tahu makna dan daya gunanya serta mendapatkan yang terbaik untuk kita.
Penulis: Jumet (Mhd. Rizky Hadinata)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar