Lestarii

Sabtu, 25 Februari 2023

PERBURUAN SATWA LIAR

 PERBURUAN SATWA LIAR


Indonesia memiliki keanekaragaman jenis satwa liar yang tinggi dan tersebar di beberapa tipe habitat. Bermacam-macam jenis satwa liar ini merupakan sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan untuk banyak kepentingan manusia yang meliputi berbagai aspek kehidupan baik untuk kepentingan ekologis, ekonomis, sosial dan kebudayaan. Manusia memanfaatkannya dengan berbagai cara dan sering kali menyebabkan terjadinya penurunan populasi mereka, bahkan hingga menyebabkan beberapa jenis satwa liar terancam punahIndonesia merupakan salah satu rumah bagi satwa-satwa, baik yang dilindungi maupun yang tidak dilindungi. Setiap satwa memiliki porsi masing-masing, diantaranya ada 12% mamalia, 16% reptil dan amfibi, 17% burung, 25% ikan, dan sisanya 10% tanaman berbunga. Tingkat endemisme yang tinggi dengan keunikan tersendiri yang menjadi salah satu faktor keanekaragaman hayati dan non hayati bertebaran tumbuh di Indonesia.

Manusia memanfaatkan satwa liar dengan berbagai cara dan sering menyebabkan terjadinya penurunan populasi terancam punah. Meningkatnya jumlah populasi manusia berdampak pada meluasnya pembangunan di berbagai sektor diantaranya pembukaan kawasan hutan untuk perkebunan dan pertambangan, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perburuan satwa liar di Desa Sinsingon Kecamatan Passi Timur. Hasil penelitian terdapat 8 jenis satwa liar yang diburuh yaitu Tikus (Rattus sp) 100%, Babi Hutan (Sus celebensis) 30,4%, Kus-Kus (Ailurops ursinus) 30,4%, Kelelawar (Chairoptera) 21,7%, Burung Mandar (Gallirallus philippensis) 21,7%, Burung Pergam (Gallirallus philippensis) 13,0%,Yaki (Macaca Nigra) 8,7%,Ular (Python reticulatus) 4,3%.

Pemanfaatan keanekaragaman hayati dan non hayati tidak boleh digunakan secara berlebihan, contohnya satwa liar. Satwa liar yang dilindungi dilarang untuk dipelihara, dimiliki, diburu maupun diperdagangkan, namun masyarakat masih belum bisa membedakan satwa yang dilindungi dan tidak dilindungi. Hal ini membuat naiknya terus menerus perdagangan satwa liar ilegal, dan naiknya angka kepunahan satwa langka dilindungi. Kasus perdagangan satwa langka dilindungi masih saja marak dilakukan, meski pemerintah telah mengaturnya dalam UndangUndang. Dilansir dari Kompas.com, menurut Guru Besar IPB, Prof. Ronny Rachman Noor mengatakan bahwa Indonesia tercatat sebagai salah satu eksportir produk satwa liar terbesar.

Bertolak dari berbagai kasus yang ada, banyak pihak seperti para ahli konservasi, pemerintah, maupun lembaga non-profit saat ini tengah berusaha memberantas aktivitas perburuan. Salah satu cara yang ditempuh yaitu dengan memanfaatkan Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan. Sekarang AI diimplementasikan ke berbagai peralatan teknologi dan diintegrasikan ke banyak sektor juga industri, salah satunya untuk mendukung konservasi yang dapat dimanfaatkan untuk melindungi satwa liar dari perburuan ilegal. kenapa kita harus repot-repot melakukan konservasi satwa kalo ternyata udah banyak spesies punah tanpa campur tangan manusia? Apa juga peran sebenarnya dari satwa-satwa tersebut sampai harus kita lindungi? Sebelumnya dijelaskan terlebih dahulu hewan apa yang terancam punah.

Tetapi memang di dalam sejarah panjang dari bumi yang berumur 4,5 milyar tahun ini, bisa dibilang lebih dari 95% mahluk hidup yang pernah ada di bumi ini udah punah. Kepunahan spesies adalah hal yang wajar dalam perjalanan makhluk hidup di bumi. Ada kepunahan alami yang terjadi sepanjang waktu ketika di waktu dan lingkungan tertentu, secara random, alam melakukan seleksi pada spesies-spesies yang kurang bisa menyesuaikan diri pada (perubahan) lingkungannya. Contoh spesies yang mengalami kepunahan alami adalah hiu Megalodon yang hidup 23 hingga 2,6 juta tahun yang lalu. Megalodon tuh punya ukuran tubuh yang guedee banget. Tentunya butuh makan mangsa yang banyak banget untuk memenuhi kebutuhan kalori tubuhnya. Di saat yang bersamaan, ada satu spesies pesaing Megalodon yang punya menu makanan sama, yaitu moyangnya paus pembunuh, yang berukuran tubuh lebih kecil. Salah satu hipotesis ilmuwan menyatakan kalo akhirnya Megalodon kalah saing dan lama-kelamaan punah. 

Tertera jelas dalam Undang-Undang RI No 5/1990 mengenai Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya yang mengatur tentang larangan jual beli satwa langka dan dilindungi. Bahkan dalam pasal 40 ayat (2) pun menerangkan, apabila melanggar Pasal 21 ayat (1) dan ayat (2) serta Pasal 33 ayat (3) dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan denda paling banyak Rp 100.000.000. Adanya Undang-Undang yang berlaku di Indonesia tetap tidak membuat perdagangan satwa ilegal ini berhenti. Permintaan satwa liar yang tinggi ini membuat terus menerus perburuan, penyelundupan dilakukan terutama dalam satwa burung murai batu, ular, dan binturong.

Burung Murai Batu atau dikenal dengan istilah white rumped shama (Copsychus malabaricus) merupakan salah satu jenis burung kicau yang cukup digemari di Indonesia. Murai batu masuk ke dalam Family Turdidae karena memiliki kemampuan berkicau yang baik dengan suara merdu, bermelodi dan memiliki berbagai variasi suara unik. Selain kemerduan kicaunya, pasalnya keeksotisan dan karisma yang dimiliki murai batu pun merupakan salah satu daya tarik paling tinggi.

Kemewahan dan keindahan suara kicaunya merupakan salah satu alasan tingginya perburuan murai batu di alam liar. Tingginya perburuan terhadap burung ini menyebabkan murai batu sempat masuk kategori satwa dilindungi dalam Peraturan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Nomor 20 Tahun 2018. Namun, dalam Peraturan KLHK Nomor 92 Tahun 2018 murai batu resmi dikeluarkan statusnya dari kategori satwa dilindungi. Keputusan ini merupakan hasil dari kajian sosial dan ekonomi yang dilakukan untuk menanggapi berbagai saran dari masyarakat yang menjalankan bisnis perdagangan burung serta masyarakat yang hobi memelihara burung kicau untuk dijadikan primadona lomba atau kontes.

Menurut Britha Dian dari Garda Animalia, banyaknya komunitas pecinta burung dan aktivitas perlombaan burung kicau dapat berpengaruh terhadap populasi burung tidak hanya murai batu. Hobi dan aktivitas-aktivitas perlombaan yang demikian membuat orang juga berlomba-lomba memiliki burung, menangkarkan, dan lain sebagainya. Sayangnya kalau di Indonesia, perlombaan semacam ini terkadang mendapatkan “dukungan” dari pemerintah melalui sponsorship atau bentuk lainnya. Sehingga kegiatan ini menarik minat banyak orang yang akhirnya berpengaruh pada keseimbangan ekosistem dan keberadaan satwa tersebut di alam.

Perburuan murai batu masih terbilang tinggi di alam liar, terlebih ketika murai batu sudah dihapuskan dari daftar satwa yang dilindungi. Junaidi Hanafiah, reporter Mongabay yang pernah menulis mengenai perburuan murai batu setuju bahwa penghapusan murai batu dari daftar satwa yang dilindungi menjadikan populasi burung murai kini semakin menipis, “Ketika satwa (murai) dilindungi, perburuannya saja sudah banyak, apalagi setelah statusnya dicabut menjadi tidak dilindungi. Di penangkaran memang masih banyak, namun di alam liar saya jarang sekali menemukan (murai batu). Saya khawatir, jika terus diburu suatu hari akan punah.” Melihat banyak kasus mengenai pemburuan satwa liar, kita sebagai generasi muda diharapkan mampu untuk menjaga dan melindungi satwa liar terkhusus yang ada di Indonesia ini, agar kedepannya tidak ada lagi kata kepunahan satwa satwa yg ada di Indonesia bahkan di dunia

Penulis: Raynata Andini (Dupo RDA)

Editor: Putri Armenia Urelia (Mrende RBS) 

Jumat, 24 Februari 2023

INTRODUKSI EKSOTIK DAN PENGENDALIAN SPESIES EKSOTIK (KONYAL)

 INTRODUKSI EKSOTIK DAN PENGENDALIAN SPESIES EKSOTIK (KONYAL)


Indonesia merupakan negara dengan tingkat keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, yang ditandai dengan ekosistem, jenis dalam ekosistem, dan plasma nutfah (genetic) yang berada di dalam setiap jenisnya. Dengan demikian, Indonesia menjadi salah satu pusat keanekaragaman hayati dunia dan dikenal sebagai negara mega-biodiversity. Keanekaragaman hayati yang tinggi tersebut merupakan kekayaan alam yang dapat memberikan manfaat yang vital dan strategis, sebagai modal dasar pembangunan nasional, serta merupakan paru-paru dunia yang mutlak dibutuhkan, baik dimasa kini maupun yang akan datang. 

Namun demikian Indonesia juga merupakan negara dengan tingkat keterancaman lingkungan yang tinggi, terutama terjadinya kepunahan jenis dan kerusakan habitat yang menyebabkan menurunnya keaneka ragaman hayati, Hal ini disebabkan karena proses pembangunan, dimana jumlah penduduk yang besar dan terus bertambah menyebabkan kebutuhan dasar pun semakin besar, sehingga sering terjadi perubahan fungsi areal hutan, sawah dan kebun rakyat baik oleh pemerintah maupun swasta. Keadaan demikian menyebabkan menyusutnya keanekaragaman hayati dalam tingkat jenis. Ketika pembangunan pemukiman, perkantoran, dan industri berjalan dengan cepat, secara bersamaan terjadi penurnan populasi jenis tumbuhan, hewan dan mikroba. Maka dari itu Indonesia merupakan salah satu wilayah prioritas konservasi keanekaragam hayati dunia. 

Introduksi spesies adalah berpindahnya suatu jenis mahluk hidup dari habitatnya ke habitat lain. Berpindahnya mahluk hidup tersebut dapat secara sengaja ataupun secara tidak sengaja. Introduksi spesies adalah usaha sadar atau tidak sadar memasukkan suatu jenis hewan atau tumbuhan ke dalam satu habitat yang baru. Spesies eksotik adalah suatu spesies yang sengaja atau tidak sengaja diangkut dan dilepaskan oleh manusia ke lingkungan luar dari daerah asalnya. Spesies eksotik dapat didefinisikan sebagai organisme apa pun yang kebetulan hidup di luar jangkauan sebaran alaminya sebagai akibat dari aktivitas antropogenik, atau aktivitas melalui introduksi secara sengaja atau tidak sengaja ke habitat baru. 

Konyal merupakan salah satu jenis tumbuhan eksotik yang bersifat invasive di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Konyal memiliki karakteristik yang menonjol, yaitu mudahnya pertumbuhan awal dari tumbuhan tersebut tidak hanya dari biji, melainkan dari batang dan akar. sifat konyal yang yang cepat memberi naungan pada tumbuhan yang dirambatinya menyebabkan kematian bagi tumbuhan tersebut. Selain itu konyal tumbuh dan menyebar dengan sangat cepat, menyebabkan terganggunya pertumbuhan jenis lokal di kawasan ini. Konyal di kawasan ini menjadi ancaman bagi jenis-jenis tumbuhan lokal TNGGP dan keberadaannya perlu diwaspadai dan dikendalikan.

Pemetaan sebaran konyal (Passiflora suberosa L) dapat menjadi salah satu upaya prefentif untuk menjadi acuan dalam melakukan pengendalian konyal di area prioritas. Keberadaan konyal di RPTN Mandalawangi dapat diketahui melalui terestrial survey, yaitu dengan metode marking koordinat di lapangan menggunakan GPS dan kompas serta identifikasi citra satelit. Untuk mengetahui kesesuaian habitat konyal maka dapat dilakukan dengan metode overlay peta klasifikasi jenis tanah, curah hujan, tutupan lahan, dan peta kelerangan dengan peta sebaran konyal. Dari keseluruhan data yang didapat kemudian di analisis menggunakan SIG yang kemudian menghasilkan output peta sebaran konyal (Passiflora suberosa L) yang diharapkan dapat menjadi acuan dalam melakukan kegiatan pengendalian konyal di area prioritas. 

Dapat dilihat pada gambar, bahwa sebaran konyal yang sangat rapat adalah berada di kawasan hutan jalur interpretasi ciwalen, yaitu pada titik koordinat Lat -6.7459 Long 107.0033 dengan ketinggian 1.463 mdpl dengan klasifikasi hutan sub montana (700- 1500 mdpl). kawasan hutan pada jalur ini memiliki sebaran konyal (Passiflora suberosa L) yang paling padat. Hal ini dikarenakan lokasi ini merupakan lokasi bervegetasi jarang dan tutupan tajuk yang tidak terlalu rapat, sehingga konyal dapat tumbuh dan menyebar secara maksimal karena lokasi tersebut merupakan lokasi dengan intensitas sinar matahari yang cukup tinggi. 

Hasil observasi yang dilakukan pada lokasi ini, terdapat satwa yang mudah ditemui mengingat konyal (Passiflora suberosa L) merupakan salah satu pakan dari beberapa satwa di kawasan ini, hal ini dapat menjadi salah satu faktor konyal (Passiflora suberosa L) menyebar dengan sangat cepat. Jalur interpretasi ciwalen merupakan salah salah satu lokasi yang banyak dikunjungi oleh wisatawan, hal ini sangat memungkinkan menjadi salah satu faktor menyebarnya konyal (Passiflora suberosa L). (Passiflora suberosa L) yang cukup rapat. Vegetasi pada lokasi ini merupakan kawasan bervegetasi jarang dengan tutupan tajuk yang tidak terlalu rapat, sehingga konyal (Passiflora suberosa L) dapat secara maksimal tumbuh dan menyebar di lokasi tersebut. pada lokasi ini, konyal banyak tumbuh di area sekitar jalur. Hal ini dikarenakan area jalur cibeureum merupakan lokasi yang cukup terbuka dan tutupan tajuk yang kurang rapat.

Sama halnya dengan jalur interpretasi ciwalen, jalur air terjun cibeureum merupakan salah satu lokasi yang 7 banyak dikunjungi oleh wisatawan dan menjadi jalur untuk pendakian. Hal ini menjadi salah satu faktor menyebarnya konyal di area tersebut. satwa menjadi salah satu faktor dalam menyebarnya konyal (Passiflora suberosa L). Karena pada jalur tersebut banyak terdapat kotoran satwa yang masih berbentuk biji konyal (Passiflora suberosa L). Dan lokasi ketiga adalah kawasan hutan bumi perkemahan (buper) mandalawangi. Sebaran konyal (Passiflora suberosa L) di Buper mandalawangi dapat ditemui di beberapa titik, salah satunya pada koordinat Lat -6.7352 Long 107.0026 dengan ketinggian 1.337 mdpl. lokasi tersebut merupakan lokasi dengan sebaran konyal (Passiflora suberosa L) tidak rapat. Hal ini dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi dengan vegetasi yang rapat dan tutupan tajuk yang cukup padat. Dengan kondisi vegetasi rapat dan tutupan tajuk yang padat menyebabkan lokasi tersebut merupakan lokasi dengan intensitas matahari sedikit sehingga konyal (Passiflora suberosa L) tidak dapat tumbuh secara maksimal. Kawasan hutan buper mandalawangi merupakan lokasi yang jarang dikunjungi wisatawan, dan pada lokasi ini juga jarang ditemukan adanya satwa. Hal ini menjadi salah satu faktor konyal (Passiflora suberosa L) tidak dapat menyebar dengan maksimal. Dan pada ketinggian 2000 mdpl pada hm 24 tidak terlihat sebaran konyal. Hal ini dikarenakan pencegahan yang telah dilakukan, untuk mencapai tujuan dengan strategi yang efektif dan tepat sasaran.


Penulis: Muhammad Fauza Nur (Caman RDA)

Editor: Putri Armenia Urelia (Mrende RBS)

Kamis, 23 Februari 2023

A Masterpiece of Environmentalist : Poster (2)

 POSTER

Dari postingan blog sebelumnya kita mengetahui definisi serta fungsi poster. Pasti pada penasaran kan karya apa saja yang telah dilahirkan oleh para anggota Rimbapala? Karya ini dibuat 100% murni kreativitas dari anggota, jadi suatu kebanggaan bisa melakukan publikasi terhadap karya-karya Para Srikandi dan Arjuna Rimbapala. 

Berikut ini kita akan spill karya dari angkatan Rimbapala Boras Pati yaaa!!!

Karya M. Agustian Syaputra (Cemot PA)

Cemot membuat karya poster dengan tema Harimau Sumatera, tema ini sangat menarik apalagi untuk environmentalist yang begitu cinta dengan satwa liar. 


Karya Enzelika br Sihotang (Kudel SP)

Karya Kudel berisi ajakan untuk melestarikan lingkungan, lho! Poster yang bernuansa hijau ini memberikan tips melestarikan lingkungan hanya dengan hal-hal kecil. Sangat bermanfaat!


Karya Shafira Danish (Mayanor)

Agretta garzetta adalah spesies burung air yang berkembangbiak secara kolonial. Meskipun bukan termasuk satwa langka, burung ini harus tetap dilestarikan. Poster Mayanor dibuat simpel dan memberikan banyak makna. Sebagai environmentalist, bukan cuma satwa langka yang perlu diperhatikan, satwa seperti burung kecil ini juga perlu untuk diperhatikan.


Karya Natasya Rena Uli Hia (Nawagi RD)

Poster karya Nawagi memberikan informasi penting tentang sampah. Sampah adalah masalah lingkungan yang tidak pernah ada habisnya, hal ini membuat sampah tidak bisa disepelekan. Sebagai environtmentalist, sudah seharusnya kita mengenai hal se-basic ini.


Karya Dapit Benedictus Kaban (Papa Amipul)

Amipul membuat karya bertema Black Side of Elephants. Konflik antara gajah dan manusia tidak menjadi masalah asing dalam dunia konservasi. Poster ini berisi ajakan untuk tidak mengganggu habitat gajah. Yuk kita lihat!!!


Karya Aidil Oka Arisena Sinabutar (Pineng CJ)

Karya yang bertema satwa liar dari Pineng dapat membuka kesadaran kita semua. Poster ini berisi pertanyaan satire yang cukup menohok hati. Mari kita lihat guys!


Karya Astri Rahmadani Sitanggang (Pitaloka)

Bencana alam yang kita alami adalah bentuk dari keadilan Tuhan atas perlakuan kita terhadap alam. Poster Pitaloka berisi reminder bahwa bencana selaras dengan perlakuan kita terhadap alam. Check it out!


Karya Despanca Erika (Tilusa)

Poster karya Tulisa simpel dengan nuansa hijau, tema yang diambil adalah pohon. Bumi dan Manusia memang tidak bisa dilepaskan, oleh karena itu manusia harus mengambil peran dalam melestarikan bumi seperti menjaga pohon. Break a leg! mari kita menjaga pohon!



Itulah hasil karya poster dari angkatan Rimbapala Boras Pati, mau lihat karya karya anggota Rimbapala yang lain?! Stay tune, hanya di Rimbapala Kehutanan USU



Poster Designer: Rimbapala Boras Pati
Writer: Putri Armenia Urelia (Mrende RBS)
Editor: Putri Armenia Urelia (Mrende RBS)






A Masterpiece of Environmentalist : Poster

 POSTER

Poster adalah sebuah karya yang menjadi media publikasi untuk memberikan informasi kepada publik yang tersusun dari tulisan, gambar, elemen, warna yang telah dikombinasi. Pengaplikasiannya sudah meluas, mulai dari ditempel di dinding hingga diposting di media sosial. Fungsinya sebagai sarana promosi, berbagi informasi, memberi edukasi serta media komunikasi.

Rimbapala telah melaksanakan materi kreativitas konten dan poster pada 18 Februari 2023 yang dibawakan lansung oleh pemateri yang berkompeten dan berprestasi. Berikut ini dokumentasi kegiatan Rimbapala mengenai "Materi Kreativitas Konten dan Poster"


Mau lihat hasil karya poster dari Para Srikandi dan Sang Arjuna Rimbapala Kehutanan USU? Silahkan akses website official Rimbapala Kehutanan USU dan instagram official Rimbapala @rimbapala_kehutanan.usu untuk info lebih lanjut. Salam Lestari!!


Penulis: Putri Armenia Urelia (Mrende RBS)
Editor: Putri Armenia Urelia (Mrende RBS)

 

RISET ENVIRONTMENTALIST; MANGROVE

 HUTAN MANGROVE: PENGERTIAN, CIRI-CIRI, FUNGSI, DAN POTENSI

Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai luasan hutan mangrove terbesar di dunia. Fungsi hutan mangrove tidak hanya mencegah abrasi, tetapi bermanfaat untuk kehidupan sosial-ekonomi masyarakat


Pengertian Hutan Mangrove 

Hutan mangrove adalah jenis hutan yang terdiri atas formasi dari tumbuhan yang spesifik, dan umumnya dijumpai tumbuh dan berkembang pada kawasan pesisir yang terlindung di daerah tropika dan subtropika. Kata mangrove sendiri berasal dari perpaduan antara bahasa Portugis yaitu mangue, dan bahasa Inggris yaitu grove. Dalam bahasa Portugis, kata mangrove dipergunakan untuk individu jenis tumbuhan, dan kata mangal dipergunakan untuk komunitas hutan yang terdiri atas individu-individu jenis mangrove. 

Hutan mangrove di Indonesia sekitar 8,6 juta hektar, terdiri atas 3,8 juta hektar di dalam kawasan hutan dan 4,8 juta hektar di luar kawasan hutan. Hutan mangrove menjadi salah satu subjek utama bagi pengembangan lingkungan di Indonesia. Banyak lembaga sosial yang bergerak dalam bidang lingkungan terus mensosialisasikan manfaat mangrove. Kondisi ini mendukung kesadaran masyarakat bahwa mangrove memang penting untuk melindungi lingkungan. Pelestarikan kawasan mangrove adalah usaha yang sangat baik untuk menstabilkan kondisi lingkungan dan menyelamatkan semua habitat di hutan mangrove.


Ciri-ciri Hutan Mangrove 

Setiap jenis hutan tentulah berbeda antara satu dengan yang lainnya. Jika suatu hutan tidak berbeda satu dengan yang lainnya, tentu tidak akan ada jenis- jenis hutan. Beberapa karakteristik atau ciri- ciri yang dimiliki oleh hutan mangrove ini antara lain adalah sebagai berikut:

1. Didominasi oleh tumbuhan mangrove atau tumbuhan bakau, yakni tumbuhan yang mempunyai akar mencuat ke permukaan, 

2. Tumbuh di kawasan perairan payau, yakni perairan yang terdiri atas campuran air tawar dan air asin, 

3. Sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut, 

4. Keberadaannya terutama di daerah yang mengalami pelumpuran dan juga terjadi akumulasi bahan organik, 

5. Seringkali termasuk jenis hutan homogen karena tumbuhan yang hidup relatif berasal dari genus yang sama.


Fungsi Hutan Mangrove 

Selain memiliki beragam manfaat, hutan mangrove ternyata mempunyai fungsi yang krusial bagi lingkungan dan kehidupan masyarakat sekitar hutan. Berikut ini penjelasan fungsi-fungsi hutan mangrove antara lain yaitu:

A. Fungsi Fisik 

1. Menjaga garis pantai agar tetap stabil. Melindungi pantai dan sungai daerah erosi dan abrasi. 

2. Menahan angin kencang dari laut. 

3. Menahan proses penimbunan lumpur. 

4. Menjaga wilayah penyangga dan menyaring air laut menjadi air tawar di daratan. 

5. Mengolah limbah beracun, menghasilkan oksigen, dan menyerap karbon dioksida. 

B. Fungsi Biologis 

1. Menghasilkan bahan pelapukan yang menjadi sumber makanan bagi plankton sehingga dapat menunjang rantai makanan. 

2. Tempat memijah dan berkembang biak ikan, kerang, kepiting, dan udang. 

3. Tempat berlindung, bersarang, dan berkembang biak burung atau satwa lain. 

4. Sumber plasma nutfah dan sumber genetik. Habitat alami bagi berbagai jenis biota. 

C. Fungsi Ekonomi 

1. Menghasilkan kayu untuk bahan bakar, arang, dan bahan bangunan. 

2. Menghasilkan bahan baku industri seperti pulp, tanin, kertas, tekstil, makanan, obat-obatan, kosmetik, dan lain sebagainya. Menghasilkan bibit ikan, nener, kerang, kepiting, dan berbagai biota lain. 

3. Tempat wisata, penelitian, dan pendidikan

 

 Potensi Hutan Mangrove Sebagai Kawasan Ekowisata

 Hutan mangrove dapat dijadikan area pariwisata apabila memberikan nilai ekonomi dalam kegiatan ekosistem di dalam lingkungan yang dijadikan sebagai obyek wisata, menghasilkan keuntungan secara langsung untuk pelestarian lingkungan, memberikan keuntungan secara langsung dan tidak langsung bagi para stakeholders, membangun konstituensi untuk konservasi secara lokal, nasional dan internasional, mempromosikan penggunaan sumber daya alam yang berkelanjutan, dan mengurangi ancaman terhadap kenekaragaman hayati yang ada di obyek wisata tersebut. Mangrove sangat berpotensi sebagai tempat berpariwisata di pinggir pantai. Mangrove dapat dijadikan sarana edukatif dan sarana pariwisata melalui fungsinya selain menahan ombak namun juga dapat menjadi habitat para hewan perairan. Mangrove berpotensi menjadi sarana ekowisata dimana pada wisata ini bertujuan untuk melestarikan mangrove itu sendiri yang berupa konservasi lingkungan juga terdapat manfaat secara ekonomi.

Hutan mangrove dapat dijadikan ekowisata apabila memenuhi beberapa syarat, kriteria penilaian dapat dijadikan pedoman dalam ekowisata seperti ketebalan dan kerapatan pohon, jenis flora atau fauna mangrove, dan kisaran pasang surut. Selain itu juga harus memberi nilai ekonomi dalam kegiatan ekosistem di lingkungan obyek wisata; menghasilkan keuntungan secara langsung untuk pelestarian lingkungan dan tidak langsung bagi para stakeholders; membangun konstituensi untuk konservasi secara lokal, nasional dan internasional; mempromosikan penggunaan sumber daya alam yang berkelanjutan; dan mengurangi ancaman terhadap kenekaragaman hayati yang ada di obyek wisata tersebut.


Fakta Menarik Hutan Mangrove 

Jenis tumbuhan mangrove mampu tumbuh dan berkembang pada lingkungan pesisir yang berkadar garam sangat ekstrim, jenuh air, kondisi tanah yang kurang stabil dan anaerob. Dengan kondisi lingkungan tersebut, beberapa jenis tumbuhan mangrove mampu mengembangkan mekanisme yang memungkinkan secara aktif untuk mengeluarkan garam dari jaringan. 

Sementara itu, organ yang lainnya memiliki daya adaptasi dengan cara mengembangkan sistem akar napas untuk memperoleh oksigen dari sistem perakaran yang hidup pada substrat yang anaerobik. Disamping itu, beberapa jenis tumbuhan mangrove seperti Rhizophora sp., Bruguiera sp., Avicennia sp. dan Ceriops sp. mampu berkembang dengan menggunakan buah (propagul) yang sudah berkecambah sewaktu masih menempel pada pohon induknya atau disebut sebagai vivipar. Tumbuhan tersebut pun mampu hidup pada lingkungan dengan salinitas (kadar garam) tinggi. Avicennia merupakan jenis yang mampu hidup bertoleransi terhadap kisaran salinitas yang sangat besar. Selain, hutan ini menjadi tempat hidup, flora, terdapat pula keanekaragaman fauna di dalamnya yaitu kepiting, ikan, jenis Molusca, dan lain-lain.

Penulis: Helsen Hasundungan Hutabarat (Gerama RDA)

Editor: Putri Armenia Urelia (Mrende RBS)

Rabu, 22 Februari 2023

ENVIRONMENTALIST OPINION: MITELA (2)

 MITELA RIMBAPALA

Mitela merupakan kain segitiga maupun segiempat yang terdapat logo atau lambang organisasi yang bersangkutan. Warnanya pun bisa beragam, tergantung pilihan suatu organisasi yang akan memakainya. Mitela merupakan atribut yang tidak asing lagi bagi anggota organisasi pecinta alam. Sebab, benda ini yang selalu menemani dan melekat pada diri khususnya pada saat melaksanakan kegiatannya. Bahkan, sudah menjadi aturan agar atribut ini dipakai pada saat ada acara atau kegiatan penting, serta tidak diperbolehkan memakainya diluar kegiatan. Bagi seorang pecinta alam Mitela mempunyai arti dan nilai penting serta harga yang tidak bisa diukur dengan uang dan materi atau dengan apapun. Karena untuk memperolehnya membutuhkan pengorbanan dan perjuangan keras yang menguras tenaga, fikiran, mental, serta bercucuran air mata.

Rimbapala memiliki mitela yang berwarna biru dongker dan segitiga sama kaki dengan ukuran sisi datar 132 cm, sisi miring 84 cm, dan tinggi 52 cm. Warna biru dongker tersebut mengandung makna kesederhanaan. Tidak seperti pada mahasisa pecinta alam lain, di Rimbapala mitela hanya dapat dikenakan di bahu. Anggota yang menggunakan mitela adalah anggota yang telah lulus diklatsar Rimbapala. Mitela anggota muda bertuliskan Rimbapala Rimbawan Pecinta Alam. Sedangkan mitela anggota biasa bertuliskan Rimbapala Rimbawan Pecinta Alam dan disertai lambang Rimbapala.

Mitela Rimbapala sudah ada sejak angkatan pertama, yaitu angkatan Rimbapala Gerobak Pasir. Di Rimbapala dilakukan tradisi penyematan mitela kepada anggota baru dihari terakhir diklatsar. Dan hal tersebut dilakukan secara turun-temurun sampai pada saat ini. Setiap anggota Rimbapala harus memaknai arti penting dari mitela itu sendiri, serta menganggap mitela sebagai nyawa karena mitela tersebut didapat ketika anggota lahir di Rimbapala

Pada umumnya, mitela di kalangan mahasisa pecinta alam ada yang berbentuk segitiga dan segiempat. Di Rimbapala sendiri mitela berbentuk segitiga, mengapa demikian? Berdasarkan sumber yang didapatkan dari beberapa anggota Rimbapala, bentuk segitiga mitela tersebut menganut dua konsep. Pertama, konsep religius dan yang kedua konsep survival. Konsep religius yang ditanamkan yaitu, pada mitela terdapat tiga pola arah yang berhubungan. Hubungan yang terpola tiga arah, yaitu hubungan dengan Tuhan sebagai makhluk ciptaan-Nya, hubungan dengan manusia sebagai makhluk sosial, dan hubungan dengan alam semesta sebagai mahkluk Allah yang mengatur, memanfaatkan kekayaan alam. Hubungan tersebut tidak dapat dipisahkan dan akan selalu berkesinambungan.

Konsep yang kedua, yaitu konsep survival. Mitela dalam dunia kesehatan digunakan sebagai bahan pembalut bagian tubuh yang terluka. Kenapa bentuknya segitiga, karena akan berfungsi untuk membalut bagian tubuh yang berbentuk bulat dan dapat digunakan untuk menggantung lengan yang cedera. Nah, kegiatan mahasisa pecinta alam saat terjun ke lapangan tidak selalu mulus dan bisa terjadi kecelakaan kecil maupun besar. Jadi jika dalam keadaan darurat atau terdesak, mitela dapat dimanfaatkan seperti hal-hal tersebut agar dapat mengatasi atau mengurangi cedera yang terjadi.

Mitela lebih dari sekedar penghargaan yang dijadikan sebagai tanda seseorang telah resmi atau lulus menempuh proses Pendidikan dan Latihan Dasar (DIKLATSAR), selama beberapa hari atau minggu, bahkan bulan. Dan kemudian Mitela tersebut dijadikan sebagai atribut dan dipakai pada saat menghadiri atau melakuakan acara-acara atau kegiatan-kegiatan yang dianggap penting. Yang harus diutamakan anggota organisasi pecinta alam untuk dijaga, ditinggikan dan disucikan.

Inilah tujuan dasar pelaksanaan Diklatsar bagi calon anggota organisasi pecinta alam. Diberikan bimbingan dan pedidikan jasmani maupun rohani, serta melatih ketahanan fisik dan mentalnya. Dengan demikian, melalui bimbingan, pendidikan dan pelatihan tersebut, diharapkan bisa melahirkan sosok-sosok pecinta alam yamg memiliki sikap relegius tinggi dan tangguh dalam menjaga dan melestarikan alam ini. Dan akan menjadi contoh yang baik dilingkungan masyarakat, khusunya dilingkungan sesama pecinta alam.


Penulis: Helsen Hasundungan Hutabarat (Gerama RDA)

Editor: Putri Armenia Urelia (Mrende RBS) 

PENTING! INFORMASI YANG HARUS DIKETAHUI PECINTA ALAM

 PECINTA ALAM DAN INFORMASINYA

Kepecintaalaman ini berasal dari dua kata dasar yaitu cinta dan alam. Cinta merupakan perasaan yang ingin membagi bersama atau perasaaan afeksi terhadap seseorang, cinta juga dapat diartikan sebuah aksi atau kegiatan aktif yang dilakukan seseorang kepada suatu objek yang berupa pengorbanan, empati, kasih sayang, kepedulian, mengikuti, membantu, dan mau melakukan apa saja yang diiinginkan oleh objek tersebut. Alam adalah segala sesuatu dari semesta bumi ini. Cinta alam adalah rasa kasih atau sayang kepada alam dimana kita harus menjaga alam dan lingkungan agar tetap lestari dan tidak dirusak oleh tangan-tangan jahil yang tidak bertanggung jawab. Cinta alam ini dapat dimulai dengan hal hal yang sederhana mulai dari membuang sampah pada tempatnya, peduli terhadap lingkungan, dll.

Pencinta alam adalah orang yang melakukan banyak hal yang dikatakan aktif kepada alam. Perlakuan tersebut dapat berupa pengorbanan diri, empati, kasih sayang, bantuan, dan melakukan apapun terhadap alam. Seperti umumnya yang kita ketahui biasanya pecinta alam adalah pendaki dan lain sebagainya, namun dari pengertian diatas kita ketahui pecinta alam bukan saja pendaki maupun yang lain sebagainya. Pecinta alam merupakan seseorang atau kelompok yang secara aktif melindungi serta memelihara alam besera isinya. Karena kecintaannya terhadap alam memupuk pribadi yang sangat aktif terhadap segala sesuatu demi menajaga kelestarian alam tersebut. Pecinta alam biasanya tidak menyebut dirinya pecinta alam karena selalu menganggap yang mereka lakukan bukan suatu hal yang harus dibanggakan tetapi patut untuk dilakukan semua orang bahkan ditingkatkan lagi. 

Pecinta alam juga istilah bagi sekelompok orang yang bergerak aktif di alam bebas, pada bidang petualangan, lingkungan hidup, konservasi alam, dan pendidikan maupun kemanusiaan. Di negara kita Indonesia istilah ini biasanya merujuk pada sekelompok orang yang bergerak dibidang petualangan alam bebas seperti mendaki gunung, ekspedisi ke belantara, panjat tebing, arung jeram, susur gua, penyelam bawah laut, dan bertualang dengan perahu layar. Sejarah pecinta alam di Indonesia adalah dengan terbentuknya “Perkumpulan Petjinta Alam” yang di prakarsai oleh Awibowo pada bulan Oktober tahun 1953 di Yogyakarta, dan kemudian istilah pecinta alam dipopulerkan dan di kembangkan oleh mahasiswa maupun mahasiswi di Universitas Indonesia. Mapala UI pada tahun 1964 para tokohnya adalah: Soe Hok Gie, Herman Lantang, Aristides Katopo, dll. Setelah itu perkembangan kelompok kelompok pecinta alam berkembang sangat pesat. 

Mencintai alam merupakan suatu ungkapan yang ditujukan suatu individu maupun kelompok secara langsung untuk menjaga alam. Mencintai alam ini dapat dilakukan secara aktif dan pasif karena tergantung kita menempatkan objek untuk dicintai dan dilindungi sehingga dapat menghasilkan kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk menjaga kelestarian alam dan mencegah eksplorasi yang berlebihan. Contoh kegiatan yang dapat kita lakukan sebagai bentuk cinta terhadap alam yaitu dengan menjaga lingkungan, memperindah alam, menjaga keseimbangan alam, tidak merusak pemandangan alam, serta memperindah dan menjaga pemandangan alam.  

Adapun hal hal yang bisa kita lakukan untuk melestarikan alam adalah yang pertama pelestarian hutan. Eksploitasi hutan yang terus menerus berlangsung sejak dahulu hingga kini tanpa diimbangi dengan penanaman kembali, menyebabkan kawasan hutan menjadi rusak. Pembalakan liar yang dilakukan manusia menjadi salah satu penyebab utama terjadinya kerusakan hutan. Padahal hutan merupakan penopang kelestarian kehidupan di bumi, karena hutan bukan hanya menyediakan bahan pangan maupun bahan produksi, melainkan juga penghasil oksigen, penahan lapisan tanah, dan menyimpan cadangan air. Upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan hutan: Reboisasi atau penanaman kembali hutan yang gundul, melarang pembabatan hutan secara sewenang-wenang, menerapkan sistem tebang pilih dalam menebang pohon, menerapkan sistem tebang–tanam dalam kegiatan penebangan hutan, menerapkan sanksi yang berat bagi mereka yang melanggar ketentuan mengenai pengelolaan hutan.

Seperti halnya hutan, cara melestarikan alan yang kedua adalah laut juga sebagai sumber daya alam potensial. Kerusakan biota laut dan pantai banyak disebabkan karena ulah manusia. Pengambilan pasir pantai, karang di laut, pengrusakan hutan bakau, merupakan kegatan-kegiatan manusia yang mengancam kelestarian laut dan pantai. Terjadinya abrasi yang mengancam kelestarian pantai disebabkan telah hilangnya hutan bakau di sekitar pantai yang merupakan pelindung alami terhadap gempuran ombak. Adapun upaya untuk melestarikan laut dan pantai dapat dilakukan dengan cara: Melakukan reklamasi pantai dengan menanam kembali tanaman bakau di areal sekitar pantai, melarang pengambilan batu karang yang ada di sekitar pantai maupun di dasar laut, karena karang merupakan habitat ikan dan tanaman laut, melarang pemakaian bahan peledak dan bahan kimia lainnya dalam mencari ikan, dan melarang pemakaian pukat harimau untuk mencari ikan.

Cara melestarikan alam yang ketiga yaitu kehidupan di bumi merupakan sistem ketergantungan antara manusia, hewan, tumbuhan, dan alam sekitarnya. Terputusnya salah satu mata rantai dari sistem tersebut akan mengakibatkan gangguan dalam kehidupan. Oleh karena itu, kelestarian flora dan fauna merupakan hal yang mutlak diperhatikan demi kelangsungan hidup manusia. Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian flora dan fauna di antaranya adalah: Mendirikan cagar alam dan suaka margasatwa, melarang kegiatan perburuan liar, menggalakkan kegiatan penghijauan.

Bicara mengenai pecinta alam, Rimbapala Kehutanan USU merupakan salah satu organisasi yang bergerak dibidang kepecintaalaman yang dimana anggotanya berasal dari mahasiswa maupun mahasiswi Fakultas Kehutanan USU. Rimbapala Kehutanan USU merupakan singkatan dari Rimbawan Pecinta Alam yang berfungsi sebagai wadah aspirasi dan pengembangan mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Kehutanan USU dalam bidang konservasi alam, olahraga alam bebas, pengabdian kepada masyarakat serta berperan sebagai media pengembangan potensi dan Lembaga pemerhati lingkungan. Rimbapala ini bersifat kekeluargaan, solidaritas, loyalitas, kesamaan tujuan, cinta tanah air, demokratis dan non politis.

Di dalam organisasi ini terdapat 3 divisi yaitu Gunung Rimba, Trees climbing, dan Lingkungan Hidup. Divisi gunung rimba adalah divisi yang bergerak dalam bidang penjelajahan alam yang mana dapat menjelajahi di gunung, hutan maupun bentang alam. Divisi Trees climbing merupakan divisi yang mengembangkan dan mengajarkan kegiatan yang berhubungan dengan pohon terutama teknik memanjat pohon. Divisi lingkungan hidup merupakan divisi yang bergerak dalam melakukan kegiatan menjaga dan melestarikan lingkungan. Ketiga divisi ini memiliki berbagai macam kegiatan yang berbeda dan tentunya memiliki masing masing manfaat yang dapat diterapkan secara langsung dilapangan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan seta pengalaman kita.

Masih membahas tentang pecinta alam, kelompok pecinta alam yaitu kumpulan beberapa orang yang suka dengan alam tidak memandang usia. Pecinta ala mini memiliki kode etik, yang dimana kode etik pecinta alam dicetuskan dalam kegiatan Gladian Nasional Pecinta Alam IV di Pulau Kahyangan dan Tana Toraja Januari 1974. Adapun bunyi kode etik pecinta alam Indonesia adalah sebagai berikut: 

1. Mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa. 

2. Memelihara alam beserta isinya serta menggunakan sumber alam sesuai batas kebutuhannya. 

3. Mengabdi kepada bangsa dan tanah air. 

4. Menghormati tata kehidupan yang berlaku pada masyarakat sekitarnya serta menghargai manusia sesuai martabatnya. 

5. Berusaha mempererat tali persaudaraan antara pecinta alam sesuai dengan asas dan tujuan pecinta alam. 

6. Berusaha saling membantu dan saling menghargai dalam pelaksanaan pengabdian terhadap Tuhan, bangsa dan tanah air. 

7. Selesai.


Penulis: Friska Ratu Fricillia Napitupulu (Gerla RDA)

Editor: Putri Armenia Urelia (Mrende RBS)

Selasa, 21 Februari 2023

MENJAGA DAN MENYELAMATKAN LINGKUNGAN DIKALA PANDEMI MELANDA

 MENJAGA DAN MENYELAMATKAN LINGKUNGAN DIKALA PANDEMI MELANDA

Lingkungan hidup pada dasarnya diartikan sebagai kesatuan dari keseluruhan makhluk hidup dan non hidup, termasuk interaksi dari seluruh spesies dan sumber daya alam. Maka, sebagai manusia, sudah menjadi kewajiban kita untuk turut serta melestarikan lingkungan hidup. Artinya, kita harus memanfaatkan lingkungan hidup secara baik dan bertanggung jawab untuk menjaga kelestarian, keberlangsungan, serta kesehatannya. Dengan begitu, upaya pelestarian lingkungan hidup ini dapat menghasilkan ekosistem yang bisa ditempati oleh generasi-generasi selanjutnya. Pada saat pandemi covid melanda dunia keadaan lingkungan menjadi lebih baik dari sebelum-sebelumnya.

Covid-19 mulai muncul dan berasal dari cina, kasus pertama terjadi pada bulan Desember 2019. Pihak WHO mulai menyelidiki penyebab dari virus tersebut. Kepala Misi Tim WHO Peter Ben Embarek mengatakan, hasil penyelidikan WHO ini berisi tentang asal usul virus Corona muncul di Wuhan, China pada Desember 2019 lalu. Adapun Ben sempat mengatakan bahwa virus Corona kemungkinan berasal dari hewan kelelawar. Namun, belum diketahui bagaimana caranya hingga bisa sampai ke manusia. 

Munculnya pandemic ini mengakibatkan adanya Lockdown atau PPKM , hak ini berakibat pada banyak sector baik dalam sector bidang ekonomi, pendidikan maupun social. Hal ini dilakukan oleh pemerintah untuk mencegah penularan virus pada sesama manusia. Dari sekelumit contoh kasus pada isu-isu lingkungan hidup ini dapat memperlihatkan pemberlakuan new normal dalam isu lingkungan tidak sepenuhnya berpengaruh nyata. Sebagian isu besar lingkungan hidup memang terkait dengan kebijakan pemerintah yang memberlakukan pembatasan sosial.

Pembatasan sosial berakibat pada terjadinya penurunan polusi di udara, hal ini dikarenakan masyarakat dianjurkan bekerja dan bersekolah dari rumah masing-masing. Jika banyak yang memilih untuk bekerja dirumah maka banyak masyarakat yang tidak memakai kendaraan nya untuk keluar rumah, hal ini berkaitan juga dalam penurunan polusi udara pada lingkungan. Kebijakan pemerintah baiknya tidak hanya tentang penerapan protokol kesehatan. Akan tetapi pada protokol penyelamatan lingkungan hidup yang berfungsi sebagai benteng pertahanan terhadap penyakit. Melimpahnya sumberdaya alam di dalam negeri menjadi suatu berkah tersendiri bila pemerintah berani untuk mengeksplorasi lebih jauh manfaat dari sumberdaya alam yang dimiliki.

Berbagai macam tindakan yang telah dijabarkan tersebut tentunya dapat dilakukan bila kita semua mau untuk bahu-membahu memperbaiki kondisi lingkungan kita di masa new normal ini. Pemerintah tidak akan bisa bergerak sendiri bila masyarakat tidak mendukung kebijakannya, sebaliknya masyarakat tidak akan mampu menyelamatkan lingkungan hidup yang sekarat ini dengan visi kehidupan lebih baik bila pemerintah tak memiliki perhatian pada sektor lingkungan hidup. Mari bergandengan tangan untuk menyelamatkan lingkungan hidup yang sekarat untuk kehidupan mendatang. 

Lingkungan merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar kita. Di mulai dengan rumah, halaman, daerah rumah, sekolah, tempat wisata dan juga alam. Lingkungan harus dijaga karena sangat penting bagi keberlangsungan hidup manusia. Lalu, bagaimanakah cara kita menjaga lingkungan? Cara menjaga lingkungan dapat dilakukan dengan cara mengurangi sampah, menghemat penggunaan listrik, menghemat penggunaan air, melestarikan hutan, dan melestarikan hewan. 

Seiring dengan beberapa hal yang telah disebutkan, pandangan penulis terkait penderitaan lingkungan hidup ada baiknya kita kurangi dan lebih merawat lingkungan hidup di sekitar kita. Pertama, kita mesti bisa berdamai dengan lingkungan di sekitar kita. 

Dalam menjaga lingkungan kita harus tau apa penyebab dari rusaknya lingkungan tersebut. Jika kerusakan lingkungan terus terjadi maka akan berakibat fatal bagi kehidupan dibumi ini. Maka dari itu ada bebetapa tahapan dalam menjaga lingkungan yaitu;

1) Tidak Membuang Sampah di Sungai 

Membuang sampah di sungai dapat mengakibatkan aliran air yang ada di sungai menjadi terhambat, menjadi tersendat, aliran air tak lancar dan inilah yang menjadi salah satu pemicu timbulnya banjir, ikan-ikan yang mati dan tentunya merugikan manusia itu sendiri. 

2) Tidak Membakar Sampah 

Membakar sampah dapat melepaskan gas-gas yang menyebabkan kerusakan ozon. Mengatur jumlah atau posri sinar ultraviolet yang masuk ke permukaan Bumi, melindungi Bumi agar sinar ultraviolet tersebut tidak langsung mengenai permukaan Bumi, menyerap sinar ultraviolet, menjaga suhu di Bumi agar tetap stabil, melindungi permukaan Bumi dari benda- benda langit yang jatuh. 

3) Menghemat Energi 

Produk baru yang dihasilkan dari bahan baku produk daur ulang ini bisa menghemat begitu banyak energi yang dikonsumsi pada proses produksi. Hal ini tentu berbeda dengan produk baru yang dibuat pertama kali dari bahan-bahan mentah yang masih baru, di mana jumlah energi yang dikonsumsi tentu jauh lebih tinggi. 

4) Menggunakan Produk Daur Ulang 

Daur ulang merupakan salah satu bentuk strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan juga pembuatan produk/material yang bekas pakai, serta komponen utama di dalam manajemen sampah modern dan bagian ketiga pada proses hirarki sampah 4R (Reduce, Reuse, Recycle, dan Replace). 

5) Menanam Pohon 

Kegiatan ini dilakukan dengan memiliki manfaat agar mencegah terjadinya abrasi yang menyebabkan rumah masyarakat menjadi longsor dan hanyut ke sungai. Abrasi adalah proses pengikisan pantai yang dikarenakan tenaga gelombang laut dan arus laut yang memiliki sifat merusak. Biasanya, abrasi sering disebut juga dengan nama erosi pantai 

6) Melarang Perburuan Liar 

Perburuan liar merupakan suatu kegiatan pengambilan hewan dan tanaman liar secara ilegal yang bertentangan dengan peraturan konservasi serta manajemen kehidupan liar. Perburuan liar ini merupakan suatu tindak pelanggaran terhadap peraturan dan hukum perburuan.

Pentingnya menjaga lingkungan wajib harus kita tanamkan sejak dini. Penebangan hutan secara liar/pembalakan hutan, polusi air dari limbah industri dan pertambangan, polusi udara di daerah perkotaan, dan masalah mengenai rusaknya lingkungan kita khususnya di Indonesia bukan merupakan masalah yang baru lagi, yang seharusnya dibenahi sesegera mungkin. Bagaimana tidak, masalah ini tidak luput dari peran pemerintah dan masyarakat yang harus berdampingan menjaga lingkungan kita ini. Oleh sebab itu, agar bencana alam tidak terulang terus-menerus, kita sebagai manusia yang hidup dimuka bumi yang telah diberikan kekayaan alam yang melimpah, seharusnya kita berterima kasih kepada Tuhan dengan cara menjaga dan melestarikan lingkungan ini. Mulai dari sekarang marilah kita membenahi lingkungan kita.

Penulis: Nur Halimah (Ketus RDA)

Editor: Putri Armenia Urelia (Mrende RBS)

Senin, 20 Februari 2023

KEINDAHAN ALAM LAUT INDONESIA

 KEINDAHAN ALAM LAUT INDONESIA

Lautan merupakan salah satu dari kenampakan alam perairan di Indonesia, termasuk juga danau, rawa, dan selat. Luas lautan di Indonesia adalah sekitar 5.8 juta km2 dengan garis pantai sepanjang 81.00 km yang merupakan garis pantai produktif terpanjang kedua di dunia. Laut sebagai aset nasional, memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Seperti sebagai jalur transportasi, sumber bahan makanan, sumber energi dan pertambangan, kawasan perdagangan, hingga wilayah pertahanan keamanan. Sumber daya laut tidak hanya berupa ikan, tetapi juga bahan tambang dan lain-lain. Laut Indonesia memiliki sekitar 8.500 spesies ikan, 555 spesies rumput laut dan 950 biota terumbu karang. Sumber daya ikan di laut Indonesia meliputi 37 persen dari spesies ikan di dunia. Beberapa jenis ikan di Indonesia mempunyai nilai ekonomis tinggi, seperti tuna, udang, lobster, ikan karang, berbagai jenis ikan hias, kerang, dan rumput laut.Perairan laut Indonesia juga menyimpan potensi sumber daya non hayati yang melimpah. Masih banyak wilayah perairan Indonesia yang memiliki potensi ekonomi namun belum terkelola secara memandai.

Laut Indonesia merupakan satu-satunya jalur yang menghubungkan berbagai cekungan samudera di daerah tropis, dan karenanya memainkan peran penting dalam sistem interaksi antara laut dan iklim. Air laut yang mengalir dari samudera Pasifik, melalui serangkaian sempit selat di laut Indonesia, mengalir ke Samudera Hindia.Fenomena pariwisata merupakan sebuah fenomena besar dan semakin menunjukkan sebuah kemajuan yangsignifikan. Pemerintah Indonesia ikut membangun industri ini dengan menciptakan sebuah brand pariwisata bagiIndonesia yaitu Wonderful Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi wisatawan mancanegara tentang brand Wonderful Indonesia. Persepsi diukur melalui elemen-elemen dalam brand Wonderful Indonesia yang terdiri dari keindahan alam, budaya Indonesia, keramahan masyarakat, makanan dan nilai keuangan. Sejumlah 110 wisatawan telah diwawancara sebagai responden dengan menggunakan satu set kuesioner. Hasilkajian mendapati bahwa sejumlah 61% wisatawan tidak mengetahui brand Wonderful Indonesia karena sedikit mendapat terpaan akan brand ini. Secara umum, mayoritas responden mempersepsi bahwa alam Indonesia indah,kebudayaan menarik, masyarakat yang ramah, makanan yang baik dan nilai keuangan yang murah bagi parawisatawan.

Keindahan alam Indonesia ini salah satunya dilihat dari keindahan laut, Keindahan laut Indonesia sangat terbilang indah oleh masyarakat lokal maupun masyarakat asing,dengan warna laut yang sangat biru membuat wisatawan tertarik untuk mengunjugi lautan Indonesia,seharusnya kita sebagai masyarakat Indonesia bangga karena dapaat merasakan keindahan laut Indonesia, selain hutan yang menjadi duta bagi masyarakat Indonesia laut juga menjadi salah satu panorama keindahan Indonesia. 

Peran laut Indonesia yang begitu besar, perlu didukung oleh adanya sistem monitoring dan obervasi yang terintegrasi dengan baik. JCOMMOPS (The WMO-IOC Joint Technical Commission for Oceanography and Marine Meteorology in situ Observations Programme Support Centre), berhasil memetakan lokasi-lokasi keberadaan platform sistem observasi di seluruh dunia. Dari peta-peta tersebut terlihat bahwa Indonesia tidak memiliki sistem observasi kelautan ataupun platform observasi. Sayangnya pemerintah Indonesia hingga saat ini tidak (belum) menjadikan observasi sebagai sebuah investasi jangka panjang untuk memelihara laut Indonesia.

Saat ini sistem observasi laut nasional (laut dan pesisir) belum menjadi prioritas negara. Sistem yang ada tidak terpelihara dengan baik (sustain) karena tidak tersedianya anggaran, dan sering terkena dampak oleh adanya perubahan prioritas negara. Keterbatasan teknologi dan SDM yang dimiliki Indonesia juga melengkapi tidak adanya sistem observasi kelautan, sehingga Indonesia masih bergantung pada produk negara lain. Sistem observasi yang masih bergantung pada negara lain, yang biasanya dilakukan melalui kerjasama internasional, tidak dapat merekam data secara real-time karena alasan menjaga kepentingan keamanan negara. Padahal, data merupakan tulang punggung untuk membangun kebijakan yang berbasis pada saintifik. Hasil kajian saintifik yang berkualitas perlu didukung oleh ketersediaan data yang mencukupi serta akurat, sehingga data atau informasi baru yang dihasilkan dapat digunakan baik oleh pemerintah maupun pemangku kepentingan lainnya dalam pembangunan. Sudah banyak data kelautan yang dihasilkan oleh beberapa institusi di Indonesia. Hanya saja data tersebut masih sulit untuk ditelusuri dan diakses. Untuk itu, Indonesia perlu membangun sistem monitoring dan observasi yang terintegrasi dan membentuk suatu pusat data kelautan Indonesia. Keduanya harus berbasis sains dan teknologi agar dapat beradaptasi dengan perkembangan arus informasi dunia.Saat ini, dunia sedang mengangkat isu dan menyepakati untuk melaksanakan transformasi menuju ekonomi kelautan berkelanjutan. Observasi dan monitoring di laut secara ilmiah menjadi sangat penting dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan laut, dan juga untuk memahami akibat dari hal-hal yang tidak bisa dikendalikan di laut seperti bencana alam.

Laut merupakan aset yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Menurut hasil penilaian OHI Global, lebih dari 1 milyar orang memiliki ketergantungan yang sangat tinggi kepada ikan sebagai sumber protein serta menyediakan lapangan pekerjaan untuk lebih dari 350 juta orang di seluruh dunia yang memiliki ketergantungan kepada sektor kelautan dan perikanan. Estimasi OHI Global juga menunjukkan sisi buruk kondisi kesehatan laut. Lebih dari 25% mamalia laut menghadapi ancaman kepunahan sehingga disarankan agar konservasi spesies dan kawasan perlu diutamakan. 

Indeks Kesehatan Laut merupakan kegiatan pemetaan wilayah laut untuk menilai kesehatan laut dan manfaat bagi manusia dalam aspek sosial dan ekonomi. Saat ini, hampir di seluruh dunia, kondisi laut mengalami ancaman serius dan sangat rapuh terhadap perubahan iklim. Penurunan kualitas laut tersebut disebabkan oleh semakin meningkatnya kebutuhan manusia yang berasal dari laut sehingga meningkatkan tekanan terhadap pemanfaatan sumber daya laut. Pedoman Pengukuran Indeks Kesehatan Laut Indonesia (IKLI) disusun sebagai acuan bagi pemerintah, baik pusat maupun daerah, dalam melakukan pengukuran kesehatan laut di area atau batasan geografis tertentu pada waktu tertentu. IKLI dapat disebut sebagai alat ukur Kesehatan laut Indonesia yang mengadopsi kerangka Ocean Health Index (OHI). Di mana, 10 tujuan atau target utama IKLI merupakan hasil adopsi dari OHI. Sebagai kegiatan yang mendukung Agenda Pembangunan 2020-2024, IKLI memiliki fungsi strategis dalam merumuskan dan merekomendasikan kebijakan, baik di tingkat nasional maupun daerah.

Status Indonesia sebagai negara kepulauan telah ditetapkan sejak Deklarasi Djuanda pada tahun 1957 dan diperkuat dengan Konvensi Hukum Laut (United Nations Convention on the Law of the Sea/UNCLOS). Indonesia memiliki sekitar 17.500 pulau, bergaris pantai sepanjang 81.000 km. Sekitar 62% luas wilayah Indonesia adalah laut dan perairan, hal ini dikonfirmasi dari data KKP, luas wilayah daratan sebesar 1,91 juta km2 sedangkan luas wilayah perairan mencapai 6,32 juta km2. Dengan lanskap seperti itu, tak pelak Indonesia memiliki potensi kekayaan sumber daya laut yang luar biasa, khususnya di sektor perikanan. Pertumbuhan nilai ekspor produk kelautan dan perikanan menjadi salah satu perhatian utama pemerintah dalam hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). 

Berdasarkan data BPS yang diolah Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (Ditjen PDSPKP), pada periode Januari – November 2016-2017, nilai ekspor produk perikanan naik 8,12% dari USD3,78 miliar pada 2016 menjadi USD4,09 miliar pada 2017.Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti dalam konferensi pers di kantor KKP, mengungkapkan sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo, KKP akan terus mengupayakan peningkatan produksi dan ekspor produk perikanan Indonesia. Untuk mewujudkannya, penegakan hukum dalam melawan Illegal, Unreported, and Unregulated (IUU) Fishing harus tetap digalakan.Dalam kesempatan yang sama, disampaikan pula kenaikan neraca perdagangan yang mengalami pertumbuhan sebesar 7,42% dari USD3,403 miliar pada 2016 menjadi USD3,655 miliar pada 2017.

Penulis : Heti  Nolara (Malican RDA)

Editor: Putri Armenia Urelia (Mrende RBS)

Minggu, 19 Februari 2023

RIMBAPALA SEBAGAI WADAH MAHASISWA FAKULTAS KEHUTANAN USU DALAM MENJAGA KELESTARIAN LINGKUNGAN

 RIMBAPALA SEBAGAI WADAH MAHASISWA FAKULTAS KEHUTANAN USU DALAM MENJAGA KELESTARIAN LINGKUNGAN



Sebelum menelisik lebih jauh mengenai Rimbapala, kita harus mengetahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan Mahasiswa Pecinta Alam. Jika diartikan secara bahasa, Pecinta Alam berasal dari kata Cinta dan Alam. Cinta memiliki arti menyukai, menyayangi serta mengagumi. Alam mengandung arti segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitar baik itu benda yang hidup (biotik) maupun benda mati (abiotik). Dengan demikian, Pecinta Alam merujuk kepada orang yang melakukan upaya untuk menjaga lingkungan agar tetap terawat keberadaannya. Dalam hal ini Mahasiswa yang bergabung didalam organisasi Rimbapala memiliki peran penting dalam pelestarian lingkungan. 

Mahasiswa yang tergabung dalam organisasi Mapala harus menanamkan jiwa naturalis dan konservatif didalam dirinya. Jiwa Naturalis disini memiliki arti rasa apresiasi dan kekaguman terhadap alam dan Jiwa Konservatif memiliki artian upaya untuk tetap mempertahankan dan menjaga kelestarian alam dengan tidak melakukan hal yang dapat menimbulkan kerusakan terhadap alam itu sendiri. Hingga saat ini, sudah banyak ditemukan organisasi serupa Rimbapala atau yang disebut Mapala yang terbentuk hampir di seluruh kampus baik itu tingkat fakultas maupun tingkat jurusan.



Rimbawan Pecinta Alam atau yang lebih dikenal dengan singkatan RIMBAPALA merupakan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di Fakultas Kehutanan USU yang berfungsi sebagai wadah aspirasi dan pengembangan mahasiswa Fakultas Kehutanan USU dalam bidang konservasi alam, olahraga alam bebas, pengabdian kepada masyarakat serta berperan sebagai media pengembangan potensi dan lembaga pemerhati lingkungan. Rimbapala bersifat kekeluargaan, kebersamaan, solidaritas, loyalitas, kesamaan tujuan dan cinta tanah air. Kemudian bersifat demokratis dan non politis. 

RIMBAPALA dibentuk pada hari Minggu, 23 September 2012 di Sikulikap, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Dan Apabila dilihat dari organisasi sejenis Mapala yang berada di Medan atau Sumut. Rimbapala tergolong organisasi yang muda , pada September tahun 2022 ini Rimbapala akan berumur satu dekade. Diharapkan dengan umur 10 tahun ini, Rimbapala akan tetap terus membentuk Rimbawan yang memiliki jiwa konservasi dan mencintai alam serta memiliki mental lapangan yang kuat serta kader-kader yang memperjuangkan kelestarian alam Indonesia. 

Hingga saat ini Rimbapala memiliki 3 divisi yang meliputi : Gunung Rimba, Trees Climbing, dan Lingkungan Hidup. Divisi Gunung Rimba berkaitan dengan penjelajahan alam, baik itu gunung, hutan maupun bentang alam. Diantara kegiatan yang dilakukan yaitu Navigasi Darat. Kemudian Divisi Trees Climbing (TC) yang mendalami dan mengembangkan kegiatan yang berhubungan dengan pohon terutama panjat pohon dengan teknik. Aplikasi kegiatannya berupa SRT (Single Rope Technic). Kemudian Divisi yang ketiga yakni Lingkungan Hidup yang bergerak dalam kegiatan menjaga dan melestarikan lingkungan. Ketiga divisi tersebut memiliki berbagai macam kegiatan yang sangat seru dan pastinya bermanfaat karena penerapannya secara langsung di lapangan dapat meningkatkan ilmu pengetahuan serta pengalaman. 

Selain bermanfaat untuk anggota Rimbapala, kegiatan yang dilakukan juga dapat berdampak baik terhadap masyarakat. Karena kegiatan yang dilakukan juga melibatkan masyarakat umum. Kegiatan Rimbapala yang melibatkan masyarakat secara langsung adalah penanaman Mangrove di Desa Percut Sei Tuan pada Sabtu, 24 November 2018 dalam rangka memperingati Hari Pohon Sedunia. Dalam penanamannya, Rimbapala bekerja sama dengan masyarakat setempat dengan penanaman bibit Manggrove sebanyak 500 bibit. Kegiatan tersebut juga tidak hanya melakukan penanaman, namun dilakukan pembagian bibit MPTS (Multi Purpose Tree Species) kepada masyarakat di sekitar. Dengan demikian akan sangat berdampak positif bagi masyarakat di Desa tersebut. 

Tentunya sebagai seorang Mahasiswa yang memiliki jiwa konservasi maupun peran dalam pelestarian hutan, Rimbapala menjadi wadah yang terbaik dalam menambah ilmu dan kemampuan yang dimiliki oleh Mahasiswa Fakultas Kehutanan sehingga dapat menjadi kader yang memperjuangkan kelestarian alam. Mengingat pada era modern ini, dibutuhkan generasi yang terus melakukan kegiatan pelestarian lingkungan. Selain rasa kekeluargaan dan solidaritas yang diperoleh, dengan berorganisasi juga dapat meningkatkan potensi diri dan jiwa kepemimpinan.

Penulis: Reza Pahlevi Hasibuan (Mudong RDA)

Editor: Putri Armenia Urelia (Mrende RBS)

Sabtu, 18 Februari 2023

ENVIRONMENTALIST STUDENT ACTIVITIES

 KEGIATAN-KEGIATAN MAHASISWA PECINTA ALAM

Jika membahas tentang kepecintaalamn ini pastinya tidak jauh kaitannya dengan “Pecinta Alam”. Dalam kata pecinta alam diawali dengan kata “cinta” yang diartikan sebagai rasa suka atau cinta dan rasa ingin menjaga atau melindungi. Mencintai alam bukan hanya sekedar mengagumi, bukan hanya sekedar untuk kesenangan diri tetapi juga mengandung arti kagum, hormat, perasaan dan niat untuk memelihara serta mempertahankan keasrian alam. Sedangkan untuk kata pecinta sendiri lebih merujuk kepada seseorang/pelaku. Kata “alam” dapat diartikan sebagai isi dari bumi kita ini. Jadi dapat dikatakan bahwa pecinta alam adalah orang yang mencintai alam, memiliki rasa untuk menjaga kelestarian alam dan orang – orang yang sangat senang bermain di alam bebas. 

Dalam kepecintaalaman pastinya tidak lepas dari kegiatan – kegiatan yang dilakukan di alam bebas seperti halnya;

1. Kegiatan Mendaki Gunung 

Kegiatan ini sangat terkenal di kalangan pecinta alam maka tidak heran jika mendaki gunung ini seperti kegitan wajib yang dilakukan para pecinta alam. Pada pendakian gunung ini kita tidak hanya disuguhkan dengan indahnya pemandangan alam yang terbentang luas, tetapi kita juga mendapatkan pengalaman yang luar biasa seperti rasa kebersamaan dan kerjasama tim yang baik. 

2. Panjat Tebing 

Kegiatan ini merupakan kegiatan yang terbilang cukup ekstrim karna kita harus menaklukkan medan tebing yang curam dan harus tepat dalam mengambil langkah. Tetapi hal itu tidak mengurungkan niat para pecinta alam untuk melakukan kegitan tersebut, dan bahkan ada juga yang melakukan perlombaan panjat tebing. 

3. Susur Goa 

Susur goa merupakan kegiatan pengamatan atau menjelajahi bagian dalam gua. Dalam penyusuran goa tentunya kita mendapatkan pengalaman yang baru dan bahkan tanpa kita duga ditempat yang gelap itu dapat kita temui tempat yang indah dan tentunya juga kita bisa sambil belajar tentang ekosistem di dalam goa. 

4. Arung Jeram 

 Arung jeram ini merupakan kegiatan yang mengasikan sekaligus menantang karena kita mengarungi alur sungai yang arus airnya deras menggunakan alat seperti perahu karet. Di era sekarang sudah banyak di buka wisata – wisata arung jeram. 

5. Camping 

Istilah camping pastinya tidak asing lagi di telinga kita, camping merupakan kegiatan yang menyenangkan dan tentunya dapat menghilangkan penat dari kesibukan kita sehari-hari. 

6. Penghijauan 

Penghijauan atau penanaman pastinya sering dilakukan oleh pecinta alam, karena pecinta alam adalah orang – orang yang memiliki rasa tanggungjawab untuk menjaga kelestarian lingkungan. Penghijauan ini juga tentunya sangat bermanfaaat dan dapat mengurangi dampak pemanasan global. 

7. Membersihkan Sampah Plastik 

Hal ini terkesan membosankan dan kuno tetapi kegiatan ini merupakan salah satu bentuk paling nyata dalam mewujudkan kecintaan terhadap lingkungan. Seperi yang kita tahu Negara kita merupakan salah satu Negara penyumbang sampah terbesar, sehingga tidak heran banyak lingkungan kita yag telah tercemar dan kejadian - kejadian seperti di temukannya sampah plastik di perut ikan dan hal – hal lain yang berdampak negatf. Membersihkan sampah plastik dapat menjadi salah satu cara untuk membantu memulihkan lingkungan hidup.

Kegiatan-kegiatan di atas tentunya perlu didukung dengan pengetahuan dan kegiatan penunjang seperti pengetahuan tentang orientasi medan (navigasi), pengetahuan survival, keterampilan tali-temali, pengepakan peralatan, penguasaan pertolongan pertama. Maka dari itu banyak juga organisasi-organisasi pecinta alam yang memberikan materi-materi dasar kepada setiap anggotanya.

Penulis: Jeni Mei Yanda Sirait (Radika RDA)

Editor: Putri Armenia Urelia (Mrende RBS)

Jumat, 17 Februari 2023

Penanaman Pohon di Fakultas Kehutanan untuk Memperingati Hari Bumi 2022

 

 PENANAMAN DALAM RANGKA HARI BUMI DI FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Pada Jum’at, 22 April 2022 yang merupakan Hari Bumi Sedunia, Pema Fakultas Kehutanan USU mengadakan penanaman pohon di Fakultas Kehutanan USU. Pihak Pema mengundang UKM-UKM yang berada di fakultas kehutanan untuk mensukseskan acara yaitu Rimbapala, Himas, Rainforest, BKM Baytulasyjaar, KMK USU, dan MPM Fahutan USU.

UKM tersebut berpartisipasi dalam pengambilan bibit dan pembuatan lubang tanam yang berjumlah 15 lubang sedalam kurang lebih 20 cm, dan lebar kurang lebih 10 cm.

Pada keesokan harinya, Sabtu 23 April 2022. Pema memulaikan acara pertama pada pukul 08.00 AM yaitu seminar yang berjudul "Kuliah Umum Hari Bumi Sedunia Ekonomi dan Lingkungan’’ dengan pemateri dari dosen Fakultas Kehutanan USU yaitu Bapak Onrizal S. Hut, M. Si, Ph. D dengan bagian materi berjudul "Definisi Ekonomi dan Lingkungan serta Dampak Baik Buruk jika Mempriotaskan Lingkungan"; Bapak Dr. Oding Affandi S. Hut., M P. dengan bagian materi berjudul "Keterkaitan Ekonomi dan Lingkungan serta Sikap Rimbawan Muda"; dan Bapak Denizen Banurea S. Hut dengan bagian materi berjudul ‘’Langkah Ideal dalam Menghadapi Laju Perkembangan Ekonomi di Tahun yang Akan Datang."
Setelah seminar berakhir para peserta dan para anggota UKM yang berhadir diberi bibit dan dilakukan penanaman oleh setiap perwakilan, acara ditutup oleh Irsayad Yusma selaku Ketua Pema.

Penulis:Erfando Prasetya Sembiring (Ruot B. RDA)
Editor: Putri Armenia Urelia (Mrende RBS)


Kamis, 16 Februari 2023

EXPERIENCE: ENJOYS NATURE

 Indahnya Sungai Pante di desa Kwala, Kabupaten Langkat


Saya Jhon Ganda Mariahdo Purba, dengan nama lapangan Siatur Cbol. Sudah lama sekali saya tidak pernah main ke alam. Padahal, segala hal tentang alam selalu memberikan kesenangan tersendiri didalamnya. Mungkin padatnya jadwal kuliah serta banyaknya tuntutan kehidupan membuat saya lupa untuk sesekali menikmati ciptaan Tuhan yang ada di Indonesia, terkususnya di Sumatera Utara. Kabupaten Langkat merupakan salah satu kabupaten yang ada di Sumatera Utara. Keindahan alam yang ada disana tak perlu diragukan lagi, mulai dari Taman Nasionl Gunung Leuser, kolam renang abadi atau pelaruga, tangkahan dan masih banyak potensi wisata yang ada di daerah tersebut. 

Dari sekian banyak daerah wisata yang saya sebutkan tadi, pada kesempatan kali ini kami mengujungi sungai yang sangat jernih dan sejuk. Sungai pante, begitu orang-orang di desa menyebutnya. Kami berangkat pada hari selasa 03 Mei 2022 dengan menggunakan sepeda motor dari kontrakan kami yang berada di Medan. Jarak tempuh yang memakan waktu 2 jam tidak menyurutkan langkah kami untuk pergi kesana. Sesampaimya disana riuh aliran sungai bersiul seolah memanggil kami dari kejauhan. Air sungai yang jernih serta arusnya yang tidak terlalu deras memberikan kenyamanan saat berenang di dalamnya.

Momen yang paling saya nikmati dari liburan kali ini adalah ketika kami lompat dari ketinggian kearah sungai yang dalam. Sensasi yang memacu adrenalin membuat kami ketagihan untuk mencoba berulang-ulang. Sejauh mata memandang, hamparan hutan yang hijau di sekitar sungai seolah merayu kami untuk tidak beranjak dari tempat ini. Setelah selesai melepas penat dengan berenang, kamipun memutuskan untuk menyudahi liburan kami disana. Waktu yang seolah cepat berlalu memaksa kami meninggalkan tempat ini. Untuk tetap menjaga alam dan keindahan sungainya, tidak lupa kami membawa pulang sampah yang kami bawa kesana. Dengan tidak membuang sampah di sungai, kita sudah turut berperan dalam pelestarian alam. Saya tidak menyangka liburan sesederhana ini memberikan momen yang sulit untuk dilupakan. Sampai jumpa di liburan selanjutnya. Lestari!!


Penulis : Jhon Ganda Mariahdo Purba (Siatur Cbol RDA)

Editor: Putri Armenia Urelia (Mrende RBS)





Rabu, 15 Februari 2023

WILDLIFE AND HUMAN

 KONFLIK ANTARA SATWA LIAR DAN MANUSIA

Menurut UU No. 5 Tahun 1990, Satwa liar adalah semua binatang yang hidup di darat, dan/atau di air, dan/atau di udara yang masih mempunyai sifat-sifat liar, baik yang hidup bebas maupun yang dipelihara oleh manusia. Seperti yang kita ketahui, saat ini banyak satwa liar yang terancam punah dikarenakan maraknya perburuan dan ekspoitasi hewan liar yang semena-mena. Tetapi dibalik itu semua, sudah banyak gerakan pencegahan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencegah kepunahan satwa liar yang ada di alam bebas. Salah satu langkah pemerintah adalah pembuatan suaka marga satwa. Suaka marga satwa merupakan suatu kawasan yang digunakan untuk melindungi satwa-satwa yang terancam punah. 

Salah satu faktor yang mempengaruhi keanekaragaman satwa liar adalah habitat dari satwa liar tersebut. Ketersediaan habitat yang aman sangat dibutuhkan oleh satwa liar agar dapat hidup dengan nyaman. Kegiatan manusia yang membabat habis hutan yang dimana hutan tersebut merupakan habitat satwa liar dapat menyebabkan satwa liar mencari tempat tinggal yang baru. Hal tersebut menyebabkan konflik antara manusia dan satwa liar. Konflik antara manusia dan satwa liar merupakan salah satu ancaman yang mengakibatkan menurunnya populasi beberapa jenis satwa liar. Konflik melibatkan perebutan sumberdaya yang terbatas oleh manusia dan satwa liar pada suatu daerah yang menyebabkan kerugian bagi satwa liar atau manusia tersebut. 

Di Sumatera, salah satu kawasan yang pernah mengalami konflik adalah kawasan Resort Sei Lepan yang berbatasan langsung dengan Taman Nasional Gunung Leuser dan dahulunya merupakan kawasan Taman Nasional Gunung Leuser. Pada saat terjadi konflik, gajah masuk dan merusak ladang karet dan sawit masyarakat pada malam hari. Konflik juga pernah terjadi di kecamatan Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu dan Kecamatan Peranap Kabupaten Indragiri Hulu, Riau. Dilaporkan gajah masuk ke dalam area perkebunan warga dan merusak pemukiman warga. Hal tersebut membuat kerugian yang besar bagi warga yang mempunyai perkebunan. 

Konflik antara manusia dengan satwa liar cenderung meningkat akhir-akhir ini. Apapun yang terjadi dan jenis satwaliar apapun yang terlibat, konflik manusia dan satwa liar merupakan permasalahan kompleks karena bukan hanya berhubungan dengan keselamatan manusia tetapi juga satwa itu sendiri. Rusaknya habitat alami satwa liar sering juga disebabkan oleh aktivitas manusia yang tamak menjadikan hutan sebagai lahan pertanian untuk kepentingan ekonomi. Pembukaan lahan hutan untuk kepentingan pembangunan demi peningkatan taraf kehidupan manusia telah menyebabkan populasi satwaliar yang semula berada di habitatnya atau hutan menjadi terpisah-pisah untuk mencari dan menempati habitat yang tersisa. Habitat yang tersisa ini biasanya berupa hutan dengan luasan yang relatif kecil dengan kondisi pakan yang tidak mendukung.

Semakin tinggi aktifitas manusia di sekitar kawasan hutan maka semakin meningkatnya laju kerusakan hutan yang menyebabkan habitat satwaliar menjadi sempit dan memaksa satwaliar untuk mencari ruang gerak baru sehingga sampai kepemukiman penduduk dan mengakibatkan konflik antara masyarakat dan satwa liar. Penurunan kualitas habitat satwa liar pada umumnya disebabkan oleh semakin menurunnya luasan areal hutan dan telah terfragmentasinya habitat satwaliar dan penggunaan lahan yang tidak didasarkan pada keutuhan ekosistem hutan. Penurunan kualitas habitat sampai saat ini masih terus berlangsung yang ditandai dengan semakin meningkatnya penebangan liar (illegal logging), perambahan hutan, konversi lahan hutan menjadi penggunaan areal-areal lain (seperti lahan pertanian dan perkebunan). 

Faktor lain yang menyebabkan terjadinya konflik antara masyarakat dengan satwa liar juga disebabkan karena monyet ekor panjang dan babi hutan menemukan sumber pakan baru yang dekat dengan daerah yang dijelajahnya sehingga satwa liar tersebut cenderung bertahan di tempat yang banyak sumber pakannya. Selain itu monyet ekor panjang dan babi hutan menyukai daerah dataran rendah yang daerah tersebut banyak areal pertaniannya sehingga sumber pakannya lebih banyak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Febriani (2009), yang menyatakan bahwa satwaliar (gajah) lebih menyukai hutan dataran rendah yang kini telah beralih fungsi menjadi lahan pertanian karena saat ini hutan dataran rendah telah dikonversi masyarakat untuk dijadikan lahan pertanian yang menyediakan sumber pakan yang lebih banyak.

Upaya yang dilakukan pemerintah untuk mencegah terjadinya konflik satwa liar dan manusia telah dibuat. Contohnya pembuatan Barrier diprioritaskan pada lokus wilayah dengan mempertimbangkan efektifitas serta efisiensi penanganan secara lebih komprehensif berdasakan kajian dan analisis pakar, praktisi serta melalui proses koordinasi para pihak terkait. Penanganan jangka panjang dilakukan melalui pendekatan penyesuaian komoditi dengan jenis tanaman yang tidak disukai satwa liar khususnya pada wilayah rawan konflik dengan jenis tanaman seperti: jeruk nipis, jeruk lemon, pala, kemiri, dan kopi. Sebagai upaya antisipasi juga direncanakan akan dilakukan pemasangan GPS Collar pada kelompok Gajah liar yang terindikasi sering berkonflik dengan masyarakat, dalam upaya membangun sistem peringatan dini. Penanganan konflik satwa liar yang komfrehensif tersebut juga memiliki potensi menjadi objek daya tarik wisata berbasis edukasi dan konservasi. Saat ini Rencana pengembangan wisata alam tersebut telah diinisiasi oleh Pemkab Pidie dan Pemkab Bener Meriah.

Penulis: Rikson Silalahi (Siapor RDA)

Editor: Putri Armenia Urelia (Mrende RBS)

Selasa, 14 Februari 2023

The Role of Environmentalist Student

 Peran Mahasiswa Pecinta Alaman

Apa yang kalian ketahui tentang pecinta alam? Pasti terlintas dipikiran kalian bahwasanya pecinta alam adalah seseorang yang memiliki jiwa kepeduliaan terhadap lingkungan dan alam, dimana rasa kepeduliaan tersebut muncul karena kesadaran diri masing-masing insan sebagai makhluk ciptaan tuhan. Alam adalah tempat dimana kita dapat merasakan ketenangan dan kesejukan yang didalamnya masih terdapat keasrian. Pertanyaan penting, apakah kita sebagai umat manusia sudah menjaga alam kita dengan baik? tentu jawabannya tidak, karena dilihat dari perilaku manusia pada saat ini tidak mencerminkan rasa kepeduliannya terhadap alam. Oleh sebab itu, kita sebagai generasi gemilang yang memiliki pengetahuan tentang pentingnya menjaga alam harus memberikan ilmu yang mereka ketahui kepada orang lain, agar mereka dapat menjaga dan memperbaiki apa yang sudah dititipkan Tuhan kepada kita. 

Saat ini banyak organisasi-organisasi yang bergerak dibidang kepecintaan alam. Di Indonesia sendiri ada 2 organisasi pecinta alam yang sudah lahir sejak tahun 1964. Wanadri merupakan organisasi tertuatepatnya pada 16 Mei 1964 yang didirikan di Bandung, sedangkan MAPALA Sastra Universitas Indonesia lahir pada 12 Desember 1964 yang didirikan di Bogor. Orrganisasi ini dibangun untuk turut membangun tanah air, bangsa dan Indonesia melalui pendidikan pemudapemudi dengan menggunakan alam bebas sebagai sarana pendidikan.

Tahukah kalian kode etik pecinta alam? Kode etik pecinta alam yang saat ini berlaku adalah mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa, memelihara alam beserta isinya serta menggunakan sumber alam sesuai batas kebutuhannya, mengabdi kepada bangsa dan tanah air dan menghormati tata kehidupan yang berlaku pada masyarakat sekitarnya serta menghargai manusia sesuai martabatnya. 

Kode etik pecinta alam Indonesia pertama kali dicetuskan pada bulan Januari tahun 1974, melalui sebuah kegiatan yang bernama Gladian Nasiona Pecinta Alam IV. Kegiatan tersebut dilaksanakan di Pulau Kahyangan dan Tana Toraja, oleh Badan Kerjasama Club Antarmaja pecinta alam se-Ujung Pandang dan diikuti sebanyak 44 perhimpunan pecinta alam se Indonesia. Gladian Nasional Pecinta Alam meerupakan suatu pertemuan akbar yang diikuti oleh para pecinta alam se-Indonesia. Gladian Nasional Pecinta Alam bertujuan sebagai ajamg bertukar pikiran, pengetahuan, pendapat dan kemampuan dalam bidang kepecintaan alam dan kegiatan alam bebas. Selain itu, Gladian Nasional Pecinta Alam juga berperan sebagai media silaturahmi antar perkumpulan pecinta alam se-Indonesia.

Salah satu himpunan pecinta alam yang sering dikenal dengan sebutan MAPALA, yaitu singkatan dari Mahasiswa Pecinta Alam. Diasumsikan, knowledge yang dibangun oleh anggota Himpunan Mahasiswa Pecinta Alam adalah tentang diri manusia yang utuh yang memerlukan manusia lain dalam kehidupan. Hingga kemudian, dapat terbentuklah sebuah interaksi sosial yang mengusung nilai dan norma antar sesame anggota. Dalam berinteraksi organisasi ini memiliki sebuah simbol-simbol yang mempunyai makna yang digunakan sebagai sebagai sebuah alat untuk berinteraksi dan tentunya simbol-simbol tersebut hanya diketahui oleh komuitasnya. 

Berbagai komunitas pecinta alam yang mulai menjamur keberadaannya merupakan suatukelompok yang terbentuk atas dasar kesamaan hobi dan memiliki tujuan tertentu. Dalam menunjukan identitasnya pada masyarakat, umumnya suatu organisasi pecinta alam akan mengenakan suatu atribut-atribut dan perlengkapanperlengkapan tertentu ketika mereka berkegiatan yang akan membedakan mereka dengan komunitas yang hanya mengaku sebagai pecinta alam atau komunitas pendaki atau penikmat alam. Atribut-atribut yang dikenakan suatu komunitas menjadi suatu simbol non verbal yang merepresentasikan bahwa komunitas itu berasal dari suatu komunitas tertentu.

Pecinta alam memang sebuah ajang penyaluran hobi dan pengisi waktu luang bagi sejumlah orang yang memiliki kecintaan pada kegiatan yang bertempat di alam bebas seperti mendaki gunung, arung jeram, penghijauan hutan atau kegiatan alam yang lainnya. Namun, menjadi pencinta alam harus memiiki modal besar diantaranya kesehatan fisik, karena hal tersebut dapat menunjang kegiatan selama pendakian gunung, yang kedua adalah mental yang kuat, seorang pecinta alam apabila tidak memiliki mental yang kuat maka akan menghindari tantangan yang terjadi saat pendakian, dan yang terakhir adalah keterampilan, selain sehat dan memiliki mental yang kuat seorang pecinta alam dituntut untuk terampil dalam kegiatan pendakian, agar dapat membantu seorang pecinta alam bertahan hidup di alam luar. 

Dalam Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara terdapat sebuah Unit Kegiatan Mahasiswa yang bergerak dibidang kepecintaan alam yakni RIMBAPALA singkatan dari Rimbawan Pecinta Alam. Rimbapala sendiri memiliki kegiatan yang berdasarkan ilmu-ilmu konservasi. Rimbapala dibentuk pada hari Minggu, 23 September 2012 di Air Terjun Sikulikap, Desa Doulu, Kecamatan Dolat Rakyat, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Rimbapala berazaskan pada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 dan Kode Etik Pecinta Alam. Rimbapala memiliki sebuah visi, yakni terbentuknya mahasiswa/i Fakultas Kehutanan USU berjiwa konservasi dan mencintai alam serta memiliki mental lapangan yang kuat sehingga nantinya anggota Rimbapala merupakan orang-orang yang memperjuangkan kelestarian alam Indonesia. 

Proses perekrutan untuk menjadi anggota Rimbapala salah satunya adalah Pendidkan Dasar (Diksar). Ada yang menggunakan sistem magang dan sistem pendidikan dasar sebagai peserta kegiatan. Inti dari sebuah diksar adalah membentuk mental dan fisik yang kuat sesuai dengan azas pecinta alam. Alam sebagai media utama diksar merupakan instrumen yang tidak boleh hilang dari segala proses yang ada. Pada saat sedang mengikuti proses pendidikan dasar calon anggota hanya disuguhkan dengan apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Selain itu, calon anggota diberikan materi – materi tanpa bisa memperbaharui sistem yang telah ada. Sistem pendidikan telah ditentukan oleh para senior dan panitia penerimaan anggota sehingga hal ini sangat membatasi ruang gerak para calon anggota untuk berpikir kritis.

Setelah melalui proses Diklatsar maka calon anggota sudah dinyatakan menjadi anggota muda Rimbapala dan diberi sebuah mitela yang merupakan sebuah simbolis keanggotaan. Anggota Rimbapala terdiri dari Anggota Muda (AM), Anggota Biasa (AB), Anggota Luar Biasa (ALB dan Anggota kehormatan. Keanggotaan tersebut memiliki syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi. syarat-syarat tersebut terdapat pada AD/ART Rimbapala. AD/ART merupakan singkatan dari sebuah Anggaran Dasar atau Anggaran Rumah Tangga yang dijadikan sebagai pedoman ketika sudah menjadi anggota Rimbapala. Struktur Rimbapala terdiri dari Badan Pengurus Harian (BPH) serta Kepala Bidang dan Kepala Divisi. 

Saat ini Rimbapala memiliki 3 divisi yaitu gunung rimba, lingkungan hidup dan trees climbing. Ketiga divisi ini memberikan materi yang sesuai dengan divisinya. Misalnya, Divisi Gunung Rimba berkaitan dengan penjelajahan alam, pendakian gunung dan manajemen perjalanan. Divisi Trees Climbing memberikan pengetahuan tentang memanjat pohon dan bisa juga di aplikasikan untuk memanjat sebuah tebing dan lain sebagainya. Aplikasi kegiatan Trees Climbing sendiri berupa SRT (Single Rope Technic). Divisi Lingkungan Hidup yang bergerak dalam menjaga dan melestarikan lingkungan. Kegiatan-kegiatan ketiga divisi ini sangat seru untuk diikuti.

Penulis: Sephia Br Sembiring (Simantuk RDA)

Editor: Putri Armenia Urelia (Mrende RBS)

Ekspedisi Sekret Rimbapala Boras Pati

Kegiatan ini bertujuan untuk menambah wawasan, menjalin tali persaudaraan se MAPALA- SU untuk Anggota Muda RIMBAPALA Kehutanan USU. 1. Gempa...