Lestarii

Senin, 13 Februari 2023

As a Environmentalist Student

 Sebagai Seorang Mahasiswa Pecinta Alam

Dewasa ini kepecintaalaman menjadi topik yang sangat menarik untuk dibahas. Kepecintaalaman terdiri dari dua kata yaitu cinta dan alam. Cinta berarti kasih sayang yang diberikan terhadap seseorang atau sesuatu sedangkan alam merupakan ciptaan Tuhan yang diberikan kepada kita manusia. Jika kita simpulkan kepecintalaman adalah rasa sayang yang diberikan kepada alam oleh manusia. Dimana pecinta alam rela memberikan waktu, tenaga dan usaha dalam mengelola alam. Kepecintaalaman ini memiliki banyak jenis yang terdiri dari Sispala (Siswa pecinta alam), Mapala (Mahasiswa pecinta alam) dan KPA (Komunitas Pecinta Alam). Biasanya pecinta alam ini bergerak dalam satu-satu kelompok dan memiliki kegiatan tertentu dalam mengelola alam. 

Di Indonesia sudah banyak kegiatan pecinta alam yang menyumbang kontribusi bagi alam. Umumnya kegiatan Mapala berkisar di alam terbuka dan menyangkut lingkungan hidup. Jenis aktifitasnya meliputi pendakian gunung (mountaineering), pemanjatan (climbing), penelusuran gua (caving), pengarungan arus liar (rafting), penghijauan, dan lain sebagainya. Selain mendapat pengalaman berharga, kita juga dapat menjaga alam kita dalam hal ini kegiatan penghijauan dan juga kegiatan penanaman pohon. Biasanya kegiatan penanaman pohon menjadi kegiatan yang umum dilakukan oleh para pecinta alam. Semakin banyak pohon sehat yang tumbuh maka bumi kita akan semakin rindang. 

Pecinta alam dituntut untuk dapat berpikir jernih dalam kondisi yang tertekan. Pecinta alam berpedoman oleh STOP (Sit, Thinking, Observation and Planning). Biasanya hal ini sering sekali diterapkan saat kita berkegiatan di alam yang didapatkan pada materi survival. STOP ini sangat tepat digunakan saat kita sedang tersesat dimana kita membutuhkan ketenangan untuk mengambil keputusan Sit sesuai dengan artinya yaitu duduk. Ketika sudah mulai kebingungan ada baiknya kita duduk dahulu untuk menenangkan diri kita. Saat sudah mulai tenang kita masuk ke tahap thinking yaitu mulai berpikir arah mana yang sudah kita lalui. Setelah itu observation dimana kita harus mengobservasi atau mengamati sekitaran kita yang sekiranya dapat membantu kita dalam mengenali sekitar. Lalu saat sudah mendapat gambaran kita masuk kedalam tahap planning. Sebelum mulai melanjut kegiatan kita, ada baiknya kita segera merencanakan perjalanan agar dapat berjalan lancar dan tidak mengulangi kegiatan yang sama. 

Dalam melakukan sesuatu pecinta alam harus bergerak dibawah kode etik pecinta alam. Pecinta alam yang baik tidak melakukan sesuatu yang bersifat melenceng dari kode etik tersebut. Kode etik ini menjadi landasan bagi para pecinta alam dalam melakukan kegiatan yang tentunya berhubungan dengan alam. Semua yang tertera pada kode etik tersebut haruslah diamalkan sehingga pecinta alam ini dapat berjalan sesuai dengan tujuan terbentuknya. 

Untuk menjadi seorang pecinta alam diberikan pelatihan yang keras yang bertujuan membentuk perilaku yang keras dan berkarakter kuat. Hal ini sangat diperlukan bagi para pecinta alam Tujuan lainnya dalam pelatihan ini adalah agar para pecinta alam memiliki jiwa yang tangguh dan fisik yang kuat. Kekuatan fisik merupakan hal yang terpenting dalam kepecintaalaman ini. Fisik yang kuat dangat dibutuhkan dalam menghadapi tantangan alam khususnya saat akan melakukan kegiatan di alam terbuka. Untuk menjaga alam kita maka kita juga harus memiliki kekuatan fisik yang siap dalam kondisi apapun. 

Ada pepatah mengatakan ‘Take nothing, but pictures’, yang berarti jangan mengambil sesuatu kecuali gambar di alam. Sesuai dengan namanya pecinta alam bergerak di alam. Banyak kegiatan yang dapat dilakukan seperti mendaki gunung, susur goa, susur sungai, rapling dan masih banyak lagi. Jika kita mencintai alam maka sudah sepatutnya kita menjaga alam kita agar tetap lestari. Kita dapat mengabadikan momen yang kita dapatkan di alam melalui gambar sebagai kenangan akan alam. Gambar yang kita ambil dapat menjadi motivasi bagi diri sendiri untuk terus mengelola alam karena keindahannya yang tergambarkan melalui gambar tersebut. Jangan mengambil hal yang tidak perlu seperti vegetasi alam yang berada di alam itu sendiri, dalam hal ini yang dapat menyebabkan kerusakan pada alam. 

Membahas tentang alam maka kita tidak jauh dari flora dan juga fauna. Dewasa ini fauna menjadi salah satu hal yang disoroti karena adanya konflik satwa liar. Konflik ini sudah ada sejak dahulu baik itu konflik satwa liar dengan satwa lard an konflik anatara manusia dan satwa liar. Biasanya konflik anatar satwa liar dengan manusia dapat terjadi didaerah pemukiman warga yang dekat dengan hutan alias habitat satwa liar. Salah satu satwa liar yang pernah memiliki konflik dengan manusia adalah harimau. Pecinta alam juga dapat berkontribusi dalam meredakan konflik satwa liar dengan manusia dapat dalam hal ini dapat melalui sosialisasi kepada masyrakat. Sosialisasi ini sangat dibutuhkan masyarakat khususnya untuk mengetahui apa yang akan dilakukan ketika satwa liar mulai memasuki daerah pemukiman warga. 

Selain konflik satwa liar, sampah juga menjadi perhatian dari para pecinta alam. Indonesia menjadi salah satu negara dengan sampah plastik terbanyak di dunia. Tidak jarang ditemui sampah berada di selokan, sungai, gunung dan juga laut atau pantai. Hal ini menjadi perhatian para pecinta alam dan juga pemerintah. Salah satu kontribusi pecinta alam dalam mengurangi sampah plastik adalah dengan melakukan banyak kreatifitas. Kreatifitas menjadi salah satu hal yang biasanya oragnisasi kepecintalaman lakukan. Bentuk lain dari kontribusi pecinta alam dalam meminimalisir sampah plastik adalah dengan melakukan kegiatan pendakian gunung dibarengi dengan mengumpulkan sampah. 

Jika membahas tentang pecinta alam yang mana didalamnya termasuk mapala maka Rimbapala merupakan salah astu bentuknya. Rimbapala Kehutanan USU merupakan rimbawan pecinta alam yang berada di Fakultas Kehutanan, USU. Organisasi ini berdiri pada tanggal 23 September 2012 yang didirikan oleh dua orang mahasiswa kehutanan. Rimbapala merupakan wadah bagi mahasiswa kehutanan USU untuk mengabdirikan dirinya kepada alam baik itu dalam bentuk konservasi alam. Rimbapala memiliki GOR (Garden of Rimbapala) sebagai tempat para anggota dapat berkumpul dan melalukan kegiatan yang sudah dijadwalkan. Tidak sekedar kegiatan resmi untuk sekedar bertemu dan bercengkrama juga sering dilakukan oleh para anggota di GOR. 

Organisasi ini bergerak di bidang kepecintaalaman dan memiliki tiga divisi yaitu gunung rimba, trees climbing dan lingkungan hidup. Ketiga divisi ini sama-sama memiliki tujuan dan manfaat yang sangat berguna bagi para anggotanya. Gunung rimba merupakan divisi yang berfokus pada kegiatan alam seperti pendakian. Di dalamnya juga diajari tentang manajemen perjalanan dan pertolongan pertama gawat darurat. Trees climbing merupakan divisi yang juga berfokus pada kegiatan yang berhubungan dengan tali-temali seperti kegiatan rapling. Rimbapala sering melakukan kegiatan tersebut untuk mengasah kemampuan para anggota. Lingkungan hidup seperti namanya merupakan divisi yang berfokus pada kesehatan lingkungan. Para anggota diajar untuk dapat membantu melestarikan lingkungan sehingga lingkungan juga dapat memberikan yang terbaik bagi kita manusia. Rimbapala sebagai pecinta alam memberikan kontribusi yang terbaik bagi alam karena sudah sepatutnya untuk manusia dan alam saling menolong demi keberlangsungan kehidupan.

Penulis: Elsa Pandiangan (Talas RDA)

Editor: Putri Armenia Urelia (Mrende RBS)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ekspedisi Sekret Rimbapala Boras Pati

Kegiatan ini bertujuan untuk menambah wawasan, menjalin tali persaudaraan se MAPALA- SU untuk Anggota Muda RIMBAPALA Kehutanan USU. 1. Gempa...